Cerita Mudik 2015 (Jalur Pantura) #Part 1
Mudik
2015 tiba. Banyak cara yang bisa dilakuin buat bisa sampai di kampung halaman.
Ada bis, kereta, pesawat, mobil pribadi, motor, atau juga bisa mudik gratis
dengan naik kapal yg sudah mulai disediakan dari tahun-tahun sebelumnya.
Pastinya setiap orang bebas pengen mudik dengan moda transportasi apa. Gue
pribadi, sejak 2012 udah biasa mudik naik motor. Meskipun dihimbau utk tidak
menggunakan kendaraan roda 2 buat mudik, tapi gue, bukannya ngeyel, lebih milih
pake motor karena lebih irit ongkos, bisa menikmati perjalanan dengan cara gue
sendiri, dan pastinya karena sebuah kepuasan dan keahlian dalam hal manajemen
waktu.
Gue
mudik dari Tangerang ke Pacitan, sebuah kabupaten kecil di ujung barat daya
Propinsi Jawa Timur. Tau Pacitan kan? Hahaha, harus tau donk, biarpun kota
kecil tapi wisata nya gak bisa diremehkan. Tapi di sini gue ga bakal cerita
panjang lebar tentang Pacitan, tapi tentang perjalanan mudik sampai balik gue
tahun ini, 2015.
Rute mudik gue |
Preparation
Pastikan kondisi kendaraan fit utk mudik |
2015
adalah tahun ke-4 gue mudik naik motor. Karena ini bukan yg pertama kalinya
buat gue jadi gak begitu ribet buat persiapannya. Seperti biasa, sebelum mudik,
minimal seminggu sebelumnya gue harus service motor, ganti oli, dan pastinya
cek apa aja yg harus dipastikan OK agar motor gue fit buat mudik. Alhamdulillah,
selama mudik motor gue baik-baik aja dan gak rewel. Jujur gue gak begitu tau
banyak tentang ilmu otomotif, jadi pas service motor, gue harus make sure kalo
motor gue diservice dengan baik dan benar. Selain memastikan kondisi kendaraan
OK, gue juga harus pastiiin surat-surat kendaraan lengkap. Ini penting bro,
jangan kira mentang-mentang mudik gak ada razia. Sekalipun gak ada, surat-surat
ini penting buat perjalanan dan sewaktu-waktu dibutuhkan. Kita patuh sama
aturan berkendara gak cuma kalo pas ada razia aja, kan? Hehehe.. SIM, STNK don’t
forget to bring, guys! Gak punya SIM? Bikin! Dan yg pasti, kondisi kesehatan
harus fit saat mudik. Jangan sampe lagi gak sehat mudik naik motor. Bahaya bro!
So, jaga kesehatan menjelang musim mudik.
Di
luar persiapan di atas, ada beberapa hal yg kudu disiapin buat mudik, seperti
bekal di perjalanan. Karena mudik dilakukan pas bulan puasa, jadi utk siang
hari gue gak begitu bawa bekal karena alhamdulillah masih kuat buat puasa
hehehe. Baru pas waktu buka berhenti istirahat dan nyari bekal makanan ringan
dan minuman buat perjalanan malam, karena jarak tempuh gue sehari semalem. Air
mineral jangan sampai gak bawa. Ini penting banget. Dan buat perjalanan malam
biar gak ngantuk, tahun ini gue nemu cara baru biar mengurangi ngantuk di
perjalanan, yaitu dengan cara minum “Kopiko 78°C”. Hahaha, kopi botol mungil
ini emang top deh buat yg gak begitu suka ngopi tapi pengen melek selama
perjalanan. Terbukti, gue yg biasanya jalan malem dikit-dikit geleng-geleng
(indikasi kalo gue ngantuk di jalan) jadi fresh! Mata stay up, melek lebar
haha. Jadi gak bolak balik berhenti. Tapi bukan berarti gue mengabaikan waktu
istirahat bro. Tetap ada waktu sendiri buat break merenggangkan otot.
Ayo Mudik!
Perjalanan
by motorcycle dari Tangerang ke Pacitan, berdasarkan pengalaman gue butuh waktu
sekitar 30 jam (sudah termasuk waktu istirahat). Gue sendiri bukan tipe
pengendara motor alay yg suka kebut-kebutan di jalan. Gue pacu kendaraan gue
antara 60-70 km/jam ketika lancar. Kalo emang lancar banget bisa sampai 80
km/jam. Tergantung sikon. Tau sendiri kan pas mudik kadang kita nemu titik
kemacetan di beberapa tempat. Dan hari itu, Rabu, 15 Juli 2015 jam 9 pagi, gue
berangkat dari Tangerang menuju kampung halaman tepatnya H-2 lebaran 2015. Mepet banget yak hohohoho...
Yang kaya gini yang gue hindari kalo jalan malam hari. (Lokasi: Wonogiri, Jateng) |
Prediksi
gue kalo berangkat jam 9 pagi, bakal sampe di Pacitan besok siangnya atau
paling lambat sore. Perhitungan waktu ini gw pake karena gw gak mau kemaleman
pas lewat daerah Wonogiri dan perbatasan Pacitan yg didominasi area hutan
belantara, hohoho! Gak kebayang kan kalo malem-malem motor mogok di tengah
hutan?
Rute
mudik gue melewati banyak kota, dan tentunya antar propinsi hehehe. Mulai dari
Tangerang-Jakarta-Bekasi-Karawang-Subang-Indramayu-Cirebon-Brebes-Tegal-Pemalang-Pekalongan-Batang-Kendal-Semarang-Salatiga-Boyolali-Solo-Sukoharjo-Wonogiri-Pacitan.
Beehhh... kebayang gak tuh menaklukkan segitu banyaknya kota dari Jawa Barat
sampe masuk Jawa Timur. Tapi karena udah terbiasa, melewati segitu banyaknya
kota hanya dengan naik motor malah jadi kepuasan tersendiri bro! Seru!!
Menyelesaikan Jawa Barat
(Tangerang-Cirebon)
Perjalanan
rute berikut adalah rute dimana gue harus melewati kota-kota yg masih dalam
area Jawa Barat. Gak selancar yg kita bayangkan bro, karena kadang rute ini
kita nemuin banyak banget titik kemacetan, terutama menjelang Indramayu dan
Cirebon. Diresmikannya tol Cipali yg menghubungkan Cikopo dengan Palimanan di
Cirebon emang mengurangi kemacetan di jalur Pantura Indramayu. Meskipun
demikian, masih banyak juga bis maupun mobil-mobil pribadi yg masih setia
dengan jalur yg populer di saat mudik tiba ini. Apalagi kendaraan roda dua,
pasti makin leluasa dengan berkurangnya volume kendaraan karena banyak juga yg
memilih lewat tol Cipali utk menuju Cirebon.
Pagi
itu Jakarta mulai panas. Larangan kendaraan roda dua melintas di Jalan Merdeka
membuta gue harus melewati Pasar Baru utk menuju Senen lalu mengarah ke
Pulogadung utk keluar dari Jakarta dan selanjutnya menuju Bekasi. Jalur ini
emang gue pake tiap gue mudik naik motor. Padahal ada jalur lain, via
Kalimalang utk menuju Bekasi. Tapi gue lebih enjoy lewat Pulogadung. Sampai
Bekasi sekitar jam 11 siang, dan sempat terjebak kemacetan di beberapa titik
terutama di jalanan yg dekat dengan persimpangan dan pusat perbelanjaan. Selain
itu banyaknya pemudik roda dua yg juga mulai bergerak menuju timur. Lepas
Bekasi dan menuju Karawang, cuaca semakin terik. Di kawasan Jalan Lingkar
Tanjungpura yg memang biasa digunakan utk jalur mudik menuju Cikampek, siang
itu gue masih beruntung. Karena apa? Di jalur ini ada sebuah fly over dimana
disisinya ada jalur menuju Cilamaya yg merupakan alternatif menuju Cikampek jika
jalur menuju Cikampek padat. Yang gue bahas di sini bukan tol Cikampek lho ya,
hehehe.
Petunjuk arah alternatif menuju Pantura, khusus utk roda 2 (Source: http://cdn.tmpo.co/data/2013/08/05/id_208507/208507_620.jpg) |
Dan siang itu seperti biasa gue lihat petunjuk arah yg mengarahkan
kendaraan roda dua utk melewati jalur alternatif tadi. Karena gue lihat di
depan banyak motor yg memilih lurus melewati jalur biasa, gue juga ikut lanjut
terus tanpa harus lewat jalur alternatif. Toh juga kondisi belum padat banget
kaya biasa. Karena apa, jalur alternatif tsb akan melewati perkampungan warga
yg bisa dibilang jauh banget utk menuju Cikampek. Tiga kali gue ngrasain jalur
itu, dari jaman jalanannya masih rusak dan penuh debu sampai sudah beraspal
mulus. Tapi utk kali ini, gue anggap gue beruntung karena gak lewat jalur itu
lagi sehingga gue bisa lebih cepat menuju Cikampek dan jalur seterusnya.
Melewati Simpang Jomin, Cikampek |
Jam
12 siang lewat gue udah sampe kawasan Cikampek yg siang itu makin panas. Tapi
alhamdulillah meski puasa sambil menempuh jarak yg begitu jauh, gue masih
diberi kesehatan dan makin menikmati perjalanan. Apalagi kondisi jalanan siang
itu lancar dan belum ada tanda-tanda kemacetan. Gue sempat isi bensin di salah
satu SPBU di Cikampek. Ini kali kedua gue isi full bensin gue. Pertama isi
sebelum berangkat, dan kedua di Cikampek. Biasanya, motor gue isi bensin full tank 5-6 kali utk perjalanan sampai
kampung halaman, Pacitan. Sekali isi full rata-rata Rp 22.000 – Rp 25.000,-.
Pemandangan Jembatan Sewo (Source: seputarmudik.files.wordpress.com) |
Perjalanan
terus berlanjut. Masuk kawasan Subang, kemudian Indramayu. Ada pemandangan unik
yg sebenarnya gue lihat pas mudik tiap tahunnya. Yaitu di Jembatan Kali Sewo yg
lokasinya di batas Subang dan Indramayu. Setelah ada tugu batas, beberapa meter
kemudian ada jembatan yg sudah ramai dijaga orang-orang di tepi jalannya
sepanjang beberapa meter di sekitar jembatan. Dijaga? Yap!! Orang-orang ini
sepertinya memang warga sekitar yg selalu standby berdiri disisi jembatan
sambil memegang sapu utk “menyapu” dan meraih uang koin maupun kertas yg
dilempar oleh pengendara yg melintas. Setiap ada uang yg dilempar, mereka
seketika akan langsung berebut mengambil uang tersebut ke jalanan. Ini yang
bahaya! Gak jarang beberapa dari mereka yg nyaris tertabrak karena mengambil
dengan tangan atau meraih uang tsb dengan sapunya. Makanya setiap musim mudik
tiba, jumlah penyapu uang ini makin banyak. Gak cuma orang dewasa, anak-anak,
lansia atau ibu-ibu yg menggendong bayinya pun turut ‘berpartisipasi’ *tepok jidat*.
Sebenarnya polantas yg berjaga di sekitar jembatan sudah menghimbau kepada
pengendara utk tidak melempar uang ke jalanan. Tapi tetap aja masih banyak yg
melakukan hal ini. Cerita atau kisah lain yg pernah gue denger sendiri dari
temen yg asli Indramayu, konon katanya jembatan kali Sewo itu agak sedikit ‘angker’
dan ada ‘penunggunya’. Dan dulu (ketika masih 1 jalur jembatan) katanya ada
mobil yg melintas di jembatan ini kemudian malah jatuh ke sungai karena
pandangan supirnya dikaburkan oleh makhluk gaib penunggu jembatan. Maka dari
itu jembatan ini dijaga banyak orang agar kendaraan yg lewat tidak mengalami
kejadian yg serupa. Dan sebagai balas budi, pengendara yg melintas melemparkan
uang seikhlasnya kepada para warga yg berjaga-jaga di jembatan batas kota ini.
Ini sedikit cerita yg gue dapet dari temen. Lepas dari itu semua menurut gue
ini bahaya buat keselamatan mereka maupun pengendara yg melintas, selain itu
pasti bisa berakibat kemacetan. Tapi kalo dipikir-pikir miris juga. Di saat
kondisi ekonomi yg sulit saat ini, mungkin ini yg membuat sebagian dari mereka
memilih mencari rezeki sebagai penyapu uang di jalanan.
Ngeri bro! Ini yg gue bilang bahaya (Source: foto.okezone.com) |
(source: foto.okezone.com) |
Sempat
istirahat setengah jam sekalian sholat dzuhur di daerah Indramayu, gue pun
lanjut menyelesaikan Indramayu yg super panjang dan jauh. Awal-awal mudik pake
motor gue paling sebel lewat Indramayu karena panjang banget wilayahnya dan
bakal berasa lama banget perjalanannya.
Tapi karena udah biasa, gue udah bisa menikmati perjalanannya hehehe. Yg cukup
seru kalo lewat Indramayu adalah pas lewat daerah Eretan, dimana loe bisa lihat
di sisi jalan pemandangan laut Jawa hanya berjarak beberapa meter dari jalan
Pantura. Selain itu juga loe bakkal nglewatin daerah Kandanghaur yg kanan kiri
jalan terdapat areal pekuburan yg luas dan memanjang, yang berdekatan dengan
kawasan tambak udang. Jadi kalo lewat sini tiba-tiba bau busuk yg menyengat,
hehehe,, jangan kaget. Karena ini bau dari tambak udang. Sampai di percabangan
jalur di daerah Lohbener, gue mengarah ke Palimanan, Cirebon. Ini juga bakal
berasa jauh banget. Kondisi jalanan yg lebar dan mulus membuat gue menambah
kecepatan karena kondisi sore itu lumayan ramai lancar.
Masuk Kabupaten Cirebon |
Bonus perjalanan, dapet view Gunung Ciremai dari jalur Cirebon |
Dan akhirnya masuk juga
di Kabupaten Cirebon. Sampai di Palimanan, tepatnya setelah turun dari fly over
di Jalan Raya Arjawinangun-Palimanan ada pemandangan yg mulai gak enak dilihat.
Kemacetan mulai terlihat di ujung jalan di depan sana. Dan benar saja, hmm... sudah kuduga! Mengarah ke di kawasan
padat akan keramaian lalu lintas di Palimanan sore itu, antrian kendaraan mulai
menghiasi jalanan di Cirebon.
Menjelang petang, Cirebon padat (15 Juli 2015) |
Mungkin karena suasana yg hampir masuk waktu buka
puasa, di mana banyak orang yg ngabuburit atau sekedar nyari takjil, dan
berakibat pada kondisi lalu lintas yg padat. Dan hasilnya gue harus ngerasain
buka puasa di Cirebon saat itu. Air mineral yg dari tadi gue simpan di tas akhirnya berhasil membasahi kerongkongan,
bersamaan saat gue isi BBM di salah satu SPBU di Cirebon. Situasi menjelang
malam jalanan masih ramai dan padat. Gue coba berhenti sejenak dan cek kondisi
lalu lintas di aplikasi google map di smart phone gue. Dan ternyata....
huhhhh!!! Pemandangan yang sunggguh tidak mengasyikkan. Gue lihat indikator
warna di aplikasi google map yg menandakan kalo jalur Cirebon-Brebes-Tegal
kondisinya padat banget (warna merah). Sempat kesal dgn kemacetan, apalagi
perjalana menuju pintu gerbang Jawa Tengah tinggal sedikit lagi. Tapi apa daya,
Cirebon sore menjelang malam itu kurang bersahabat. Sekitar jam 8 malam, akhirnya
gue baru nemu tugu batas yg memisahkan Provinsi Jabar dan Jateng. Lalu lintas?
Masih padat bro!!
To be continued...
info menarik
BalasHapus3 Benda yang dapat menangkal santet https://www.youtube.com/watch?v=2cpNq_dKQMI
BalasHapusKhasiat daun putri malu mengobati kejantanan yang loyo https://www.youtube.com/watch?v=3mQpb2_UH5U
BalasHapusCara supaya tanaman cabe tumbuh subur dan berbuah banyak https://www.youtube.com/watch?v=Du8hDPzEswk
BalasHapusRamuan untuk mengurangi lemak dan menurunkan berat badan https://www.youtube.com/watch?v=8mREd3trO2I
BalasHapus5 Ciri orang yang sudah terbuka mata batinnnya https://www.youtube.com/watch?v=aFC1D1au5fI
BalasHapusCara membuat pohon pepaya pendek namun berbuah banyak https://www.youtube.com/watch?v=XkzoFbsecDI
BalasHapus