Kampung Domba Terpadu, Pandeglang
Menjelajah alam di kawasan Banten bisa dibilang masih asing
buat gue, kenapa? Karena gue jarang maen kesana hehehe. Ini perjalanan gue
kedua ke daerah kulon, tepatnya di Pandeglang, di mana pertama kali gue kesana
pas pendakian ke Gunung Pulosari awal tahun 2015 silam. Dan kali ini, gue
kembali ke Pandeglang, bukan buat naik gunung, tapi cuma maen di kaki gunung
Karang, tepatnya di Kampung Domba Terpadu (KDT) di Kecamatan Karangtanjung.
Berawal dari cerita temen kerja, tentang adanya sebuah
destinasi wisata alam berupa peternakan domba yang sekaligus menyajikan
panorama alam dari ketinggian. Temen bilang,”Kalo Bogor punya Puncak, Bandung
punya Lembang, kalo Pandeglang punya Kampung Domba”. Kalimat ini cukup membuat
gue penasaran kayak apa sih tempatnya? Katanya sih ada di kaki Gunung Karang,
gunung tertinggi di Banten. Setelah gue browsing-browsing dan kepo-kepoin
foto-foto di instagram dan google, gue jadi tertarik buat kesana, meski
mikir-mikir juga karena harus pake motor sendirian. Tapi bismillah aja, di suatu
Minggu pagi yang mendung, gue pun dari Tangerang bergerak ke Pandeglang via
Serang, bukan Rangkasbitung ya, hehehe.
Meski perjalanan pagi itu gue diguyur hujan-hujan genit, dan
berhenti beberapa kali buat neduh dan pasang plat motor bagian belakang karena
bautnya copot dan entah kemana, akhirnya jam setengah 10 sampai di tepi
Jalan Raya Serang-Pandeglang, tepatnya
di daerah Karangtanjung. Dengan modal google maps dan patokan sebuah
minimarket, gue pun membelokkan motor gue ke sebuah jalan kecil beraspal mulus,
mulus banget, meski pagi itu basah karena gerimis gak berhenti juga dari tadi.
Setelah nanya ke salah satu bapak yang ada di pos ojek untuk memastikan jalan
yang gue ambil gak salah, gue memacu kendaraan gue melewati jalanan yang terus
menanjak. Wajar, menuju kaki gunung jadi jalanan naik terus nyaris tanpa bonus.
Tapi yang gue suka adalah akses jalannya udah enak banget, karena beraspal.
Perjalanan terus gue lanjutkan sambil melewati pemukiman warga sampai gue nemu
perempatan. Disini gue ambil jalan lurus untuk menuju kawasan Kampung Domba
Terpadu. Setelah melewati perempatan, perjalanan akan menjadi lebih sepi karena
di kanan kiri jalan didominasi perkebunan cengkeh yang rimbun banget. Udara dingin
cukup berasa di daerah ini mengingat berada di kaki gunung dengan ketinggian
sekitar 600 mdpl, ditambah waktu itu turun hujan. Gak lama kemudian, gue pun
sampai di tepi jalan di mana di kirinya ada jalan nanjak menuju parkiran area
Kampung Domba Terpadu.
Menuju Kampung Domba |
Ada perempatan lurus terus
|
Maju dikit lagi ya.. |
Parkir masuk ke kiri |
Sampai lah gue di sebuah ketinggian dengan view kota
Pandeglang di bawah sana yang pagi itu tersapu awan mendung dan dibasahi hujan
gerimis tapi merata. Terletak di Kampung Cinyurup, Desa Juhut, Kecamatan
Karangtanjung, tiket masuk ke wisata alam ini hanya perlu bayar Rp 2.000,-
sebagai tiket masuk, yang nantinya dana ini akan dipakai untuk pengembangan
fasilitas area, salah satunya kebersihan. Setelah bayar karcis masuk, gue
langsung menuju sebuah kafe yang bisa dibilang kafe kekiniannya kampung domba.
Didesain sedemikian rupa menghadap langsung ke view kota Pandeglang di bawah
sana. Di kafe inilah kita bisa santai menikmati keindahan alam kampung domba
dari ketinggian. Lahan sekitar pun dibuat berundak-undak layaknya terasering
perkebunan. Nah, untuk liat domba-dombanya, kita tinggal turun tangga yang memudahkan
para pengunjung yang datang untuk melihat-lihat kandang-kandang domba di area
bawah.
Kabut di atas Pandeglang |
Kafe ala-ala :D Asik tempatnya! |
Outdoor |
Sekilas tentang kampung domba, banyak yang nyebut kampung
ini kampung domba juhut, karena lokasinya berada di Kelurahan Juhut. Ada juga
yang nyebut Cinyurup. Whatever lah, intinya dulu daerah ini gak begitu terkenal
seperti saat ini. Tapi sejak daerah ini dimanfaatkan sebagai budidaya ternak
domba, lokasi ini jadi hits di media sosial terutama saat ini. Menikmati waktu
libur di daerah kaki gunung dengan view alam dan suara-suara domba seakan hal
baru yang jarang kita dapatkan. Kita bisa lihat domba-domba dengan aneka bentuk
hehehe. Jangan heran kalo domba-domba di sini unik, ada yang punya tanduk ada
yang gak, ada yang cute, dan ada juga yang keliatan serem dan garang. Just
info, domba yang dibudidayakan di sini adalah hasil persilangan antara domba
lokal dengan domba Garut. Gak cuma
peternakan domba, di daerah ini juga terintegrasi dengan budidaya tanaman sayur
karena lahan pegunungan yang cocok untuk tanaman sayuran, seperti wortel,
tomat, dan juga perkebunan seperti cengkeh dan kopi. Bahkan disini ada satu
tanaman khas yaitu talas beneng. Gak jauh beda sama talas Bogor euy, cuma lebih
gede ukurannya, dan warnanya pun agak kekuning-kuningan gitu. Makanya dinamakan
talas “beneng” (besar dan koneng/kuning) hehhe.. Kampung Cinyurup, Juhut
ditetapkan sebagai kampung domba karena masyarakatnya sudah terbiasa beternak
domba karena memang sudah turun menurun. Maka gak heran kalo tempat ini dapet
dukungan dari pemerintah Provinsi Banten. Banyaknya bahan pakan ternak domba di
daerah ini menjadi keuntungan dalam pembudidayaan domba. Selain itu limbah dari
tanaman sayuran yang dikembangkan pun bisa jadi pakan tambahan. Sementara itu
pupuk kandang dari peternakan domba ini pun bisa dimanfaatkan sebagai pupuk
kompos . Kalo dipikir-pikir kayak semacem circle of life ya, jadi saling
menguntungkan dan memanfaatkan. Oiya, di sini kotoran domba gak cuma buat pupuk
aja lho, tapi juga diolah menjadi biogas yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan
sehari-hari seperti bahan bakar gas untuk memasak.
Selain sebagai daerah peternakan terpadu dan budidaya
tanaman sayuran pastinya Kampung Domba Terpadu di Desa Juhut ini juga
mempromosikan potensi wisatanya. Karena selain sebagai wilayah peternakan,
ternyata di lereng gunung Karang ini juga terdapat wisata sejarah peninggalan kerajaan
Sunda yaitu Batu Bedil dan juga wisata Sumur Tujuh. Penasaran juga sih sama
lokasinya, karena belum sempat kesana juga. Dan di area kampung domba ini
kadang dipakai juga buat mereka yang pengen camping, bahkan tahun 2013 pernah
dipakai sebagai lokasi Jambore Internasional. Keren kan? At least kegiatan
seperti ini bakal membuat Pandeglang, terutama kampung domba ini makin dikenal.
Buat kalian yang pengen berkunjung ke Kampung Domba Terpadu
di Cinyurup ini jangan khawatir jalanan yang berat dan rusak, karena jauh
banget dari kesan-kesan itu. Kalau kalian dari daerah Jakarta dan sekitarnya,
kalian bisa lewat Serang melalui tol Jakarta-Merak keluar di exit toll Serang
Timur, selanjutnya menuju kota Pandeglang. Kalau gue kemarin kebetulan naik
motor, dari Tangerang menuju Serang kota, tapi sebelum sampai kotanya gue pilih
jalan alternatif lewat kantor Pusat Pemerintahan Provinsi Banten untuk
menghindari kalo ada macet di area kota hehehe. Selanjutnya menuju Pandeglang
dengan jalan dengan kontur berbelok-belok dan naik turun. Hati-hati juga saat
melintasi jalan ini, meski udah aspal mulus tapi dipakai untuk dua jalur, jadi
kadang bahaya buat selap-selip. Nah, sampe masuk daerah Karangtanjung bakal
nemu pertigaan yang di tengahnya ada tugu dengan ornamen seperti kubah masjid
kecil. Dari pertigaan ini masih lurus terus sampe ada alfamart kanan/seberang
jalan yang di sampingnya ada jalan kecil beraspal mulus menuju kampung domba. Kalo
dari Pandeglang, atau kita dari Rangkasbitung, kita tinggal mengarahkan
kedaraan kita dari alun-alun Pandeglang menuju utara atau arah Serang. Melewati
depan kantor Kejaksaan Negeri Pandeglang maju dikit, sampai deh di jalan kecil
beraspal menuju KDT tadi. Satu kesan yang gue dapet dari perjalanan gue ke
kampung domba ini adalah akses jalan yang mudah meskipun bisa dibilang daerah
ini sedikit berada di pelosok. Semoga daerah ini makin terus berkembang dan
dikenal ya!
mantab jiwa
BalasHapus5 Wisata Alam Terbaik ACEH !! Lihat Disini!!!
BalasHapus