Canopy Trail & Curug Ciwalen (TNGGP)
Mengeksplor keindahan alam akan lebih bermanfaat kalo kita
gak cuma maen dan foto-foto aja, tapi juga dapat informasi tentang destinasi
wisata yang kita datengin. Sama halnya dengan salah satu wisata alam yang gue
kunjungi, Ciwalen Canopy Trail yang ada di area Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango.
Minggu, 13 Maret 2016. Jalanan arah Puncak pagi itu gak
begitu ramai. Tujuan gue adalah Kebun Raya Cibodas yang berada di kawasan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Tapi bukan buat main-main di kebun raya
Cibodas, tapi kali ini gue pengen berkunjung ke sebuah wisata alam lainnya yang
ternyata gak kalah seru, Ciwalen Canopy Trail. Tempat ini berupa jembatan
gantung yang berada di atas ketinggian sekitar 40 meter, dengan panjang track
130 meter. Canopy ini dibangun tahun 2010 sampai dengan 2011, dan mulai
dibuka untuk umum tahun 2013. Namun
sepertinya peminatnya mungkin tidak sebanyak destinasi lain seperti Curug
Cibeureum yang masih berada di kawasan yang sama dengan jalur yang berbeda. Mungkin
bagi yang udah pernah main ke kawasan TNGGP bakal bertanya-tanya, “Ciwalen
canopy? Emang di sana ada tempat sebagus itu? Di mananya?” Gue juga awalnya
sempat penasaran dengan tempat ini. Ternyata loket untuk tiket masuknya sama
dengan tempat loket untuk wisata alam Curug Cibeureum, di dekat basecamp
Mandalawangi resort, jalur pendakian Gunung Gede Pangrango jalur Cibodas. Dari
loket, akan ada petunjuk arah menuju jalur interpretasi Ciwalen, dan ternyata
inilah jalur menuju Ciwalen Canopy Trail itu guys! Untuk harga tiketnya dipatok
harga Rp 37.500,- per orang (weekday) dan Rp 40.000,- untuk weekend. Ciwalen
Canopy trail ini termasuk wisata minat khusus dan perlu dampingan pemandu atau
guide. FYI guys, lokasi ini sebenernya adalah tempat pemantauan satwa burung,
dan gak sembarang orang bisa masuk area ini. Jembatan ini pun hanya memilik
maksimal beban 350 kg atau maksimal 5 orang untuk sekali melintas. Jadi yang
bawa rombongan lebih dari 5 oranng, harus wajib mengantri untuk bisa melintas
di atas jembatan yang menggantung di 4 pohon rasamala itu. Jadi, biar gak
terjadi hal-hal yang diinginkan, perlu didampingi pemandu untuk sampai di
lokasi yang bisa dijangkau hanya dengan waktu sekitar 15 menit dari loket ini.
Dan untuk biaya sewa guide dikenakan biaya sebesar Rp 50.000 untuk tiap rombongan dan dibayar langsung
saat pembelian tiket tadi. Kenapa? Mahal ya? Mungkin ada yang anggap ini mahal,
tapi menurut gue sih kalo kita emang niat dateng kesini buat melihat lebih
dekat dengan alam dengan segala seluk beluknya, pasti gak bakal rugi. Karena
dengan adanya guide, kita bisa tanya-tanya dan dapet banyak info.
Jalur menuju Ciwalen Canopy Trail |
Berjalan diantara rimbunnya hutan hujan tropis khas Taman Nasional Gunung Gede Pangrango |
Memulai perjalanan, sempat berkenalan dulu dengan sang guide
yang ramah ini. Pembicaraan tentang seluk beluk canopy trail pun dibuka sambil
berjalan melewati jalan setapak dengan susunan bebatuan rapi memasuki rimbunnya
hutan. Mulai dari cerita proses pembangunan jembatan canopy, kunjungan ke
lokasi ini, dan masih banyak lagi. Bahkan saking serunya dan informatifnya Kang
Heri, gue pun juga dapet cerita-cerita tentang pendakian. Kebetulan guide kece
ini juga suka naik gunung dan bolak-balik ke Gede-Pangrango pastinya hehehe.
Keren lah!
Let's go ! |
Kurang lebih 15 menit jalan kaki, sampailah di sebuah bangunan kecil
mirip loket tapi kosong dan sepi. Sepertinya dipakai buat singgah atau neduh
kalo lagi hujan. Lokasi ini emang terkesan sepi dan dan jarang pengunjung. Jadi
benar-benar berasa tentram banget kalo dateng ke sini, serta bebas dari sampah
para alay.
Jangan dikira dateng kesini disambut mbak-mbak ini ya, hehehe.. |
Kicauan burung dan serangga-serangga hutan lainnya menghiasi
kedatangan kami siang itu, meski sesekali cuaca tampak redup ditambah rimbunnya
pepohonan besar khas hutan hujan tropis. Untuk melintasi jembatan canopy, Kang
Heri sebagai pemandu harus membuka dulu pintu menuju jembatan yang digembok.
Wajar, gak sembarang orang bisa masuk ke area ini. Setelah dibuka, tanpa babibu
gue langsung melangkah melintas jembatan canopy yang menggantung di atas
ketinggian 40 meter dari bawah sana. Di bawah sana ada aliran sungai kecil yang
berasal dari curug Ciwalen yang juga satu jalur dan ujung dari track wisata
alam Ciwalen Canopy Trail. Kicauan burung dan sejuknya udara membuat gue
ngerasa nyaman banget berada di kawasan kaiki gunung Gede ini. Buat yang takut
ketinggian emang butuh nyali besar buat melintas di jembatan canopy ini, karena
saat dilintasi jembatan ini bakal ngasih sensasi goyang-goyang yang bakal
memacu adrenalin. Buat yang gak phobia ketinggian pun jangan songong dan
melintas sambil lari-lari ya, tetap safety first dan patuhi aturan. Karena
jalur lintasan canopy ini cuma muat satu orang, kalau ada yang melintas dari
arah yang berlawanan pun harus mengantri dan gantian. Pokoknya seru dah, seakan
menikmati sensasi terbang di atas hijaunya hutan di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango.
First capture by Kang Heri |
Seruuuu!!! Wajib cobaaa! |
Sampai di ujung lintasan, gue dan Kang Heri masih asik
dengan obrolan-obrolan lainnya tentang konservasi satwa di area TNGGP yang
luasnya meliputi Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Beberapa di antaranya adalah
tentang satwa-satwa yang masuk dalam status endangered
atau dengan kata lain terancam punah, seperti macan tutul, owa jawa, dan elang
jawa. Mulai dari jumlahnya yang semakin berkurang, proses perkembangbiakan,
sampi faktor-faktor penyebab kepunahan satwa-satwa langka ini. Pokoknya
informatif banget deh guide yang satu ini. Hehehehe..
Ini pas ngobrol tentang owa jawa, macan tutul, dan elang jawa yang populasinya makin berkurang |
Thank's Kang Bro ! |
Setelah melintasi jembatan gantung canopy, perjalanan
berlanjut menuju sebuah air terjun kecil bernama curug Ciwalen. Hanya 5 menit,
kita pun sampai di curug yang merupakan salah satu pecahan dari aliran air dari
Curug Cibeureum yang sudah hits di TNGGP itu. Jalur ke curug Ciwalen ini juga
searah dengan jalur menuju area pengamatan satwa burung. Menurut Kang Heri,
lokasi pengamatan tersebut lokasinya hanya berupa hutan biasa tapi lebih
difokuskan untuk pengamatan. Tapi pada kesempatan itu gue gak kesana, dan
langsung menuju curug Ciwalen yang suara aliran airnya udah manggil-manggil
buat dikunjungin. Sebenarnya Curug Ciwalen ini debit airnya gak begitu deras,
apalagi pas musim kemarau. Karena musim hujan, kebetulan aliran air terjun yang
‘menyendiri’ ini lumayan deras. Tapi tenang aja, kolam tempat jatuhnya air
terjun ini gak dalam kok, jadi bisa buat maen-maen air di bawahnya. Di deket
air terjun ini yang tingginya sekitar 15 meteran ini ada sebuah bangunan tempat
berteduh dan singgah. Tempatnya pun masih bersih dan bebas dari sampah.
Bener-bener feel free banget kalo lagi di sini. Yang ada cuma suara gemericik
air terjun dan syahdunya suasana alam yang natural abieeesss! Seakan gak pengen
pulang, bro!
Ini dia, Curug Ciwalen |
Video trip ke Ciwalen Canopy Trail dan curugnya bisa dilihat di sini.
That’s all of my story, guys! Sebenarnya setiap langkah di
alam bebas seperti ini adalah salah sau cara bersyukur kita terhadap
ciptaan-Nya. Apalagi dengan menjelajah ke wisata alam yang gak hanya menghibur
tapi juga edukatif, pastinya bakal mengasah mental dan menambah rasa peduli
kita akan kelestarian alam. Keep
travelling guys!
Komentar
Posting Komentar