Dua tahun lalu, sempat ada niat buat bisa sampe puncak Gunung Guntur yang ada di Garut ini. Tapi apa daya, Tuhan berkehendak lain. Karena ngekor rombongan yang nyari jalur lain dengan maksud jalur pintas, malah berujung nyasar dan ga sempet ngrasain yang namanya puncak gunung yang sering dibilang Semerunya Jawa Barat ini. Keinginan buat ngulang lagi selalu ada hingga tahun 2016 ini kesampaian juga. And finally kali ini gue bisa share cerita ini ke kalian semua, good travellers! Dan sepakat gue kasih judul “pendakian kece” karena bisa dibilang gue dapet view-view kece dan pengalaman baru yang .... super kece pastinya hahaha! Gak percaya? Simak dulu deh, videonya :D
Pendakian
ke Gunung Guntur kali ini, gue ambil waktu weekend, Sabtu-Minggu. Berangkat
malam Sabtu dari terminal bus Kampung Rambutan, dapat bis terakhir jam 12
malam. Gue lupa apa nama bisnya, yang jelas seat-nya lumayan nyiksa dengkul,
hehehe karena sempit banget. Sedikit macet di Cikampek, sampai di Garut pun jam
setengah 7 pagi. Gue dan 2 orang temen gue turun di depan SPBU Tanjung, yang
emang udah jadi titik utama keberangkatan para pendaki menuju basecamp Gunung
Guntur. Setelah istrahat sejenak dan mandi di kamar mandi SPBU, tim gue pun
siap-siap buat menuju basecamp. Sempat bingung juga karena saking banyaknya
yang nawarin jasa angkutan menuju basecamp. Ada ojek, ada mobil bak, sampe
mobil avanza! Setelah berunding, kita pun sepakat naik ojek menuju basecamp
dengan ongkos Rp 15.000,-. Ongkos ini kita nilai lebih murah, karena kalau naik
mobil biasanya para pendaki harus nyari barengan biar harga patungannya lebih
murah. Kalau mau pilih naik mobil atau nebeng truk pengangkut pasir
pinter-pinter nawar aja guys!
Perjalanan
menuju basecamp dari SPBU Tanjung kira-kira 15 menit dengan angkutan ojek. Jalanannya
udah relatif bagus. Sampai di basecamp, kita harus registrasi dulu dan wajib
meninggalkan kartu identitas. Di sini kita akan mengisi formulir pendaftaran
yang berisi data pelengkap mengenai jumlah anggota pendakian, dan berapa hari
kita akan melakukan pendakian. Di basecamp ini juga satu tempat dengan warung
makan milik Bu Tati yang menyediakan aneka masakan, seperti nasi goreng, nasi
rames, dll. Kita bisa pesan untuk makan di tempat atau untuk bekal selama
perjalanan menuju Gunung Guntur. Setelah selesai registrasi, sekitar jam 9 pagi
gue berjalan memulai pendakian kece ini hehhehe. Gak jauh dari basecamp,
setelah beberapa meter saja kita jalan, kita bakal nemuin sebuah tempat
registrasi ulang dengan membayar biaya registrasi sebesar Rp 15.000,- per
orang. Jadi bayarnya di tempat ini ya, bukan di basecamp tadi. Di tempat
pembayaran ini kita juga harus menunjukkan formulir registrasi yang kita dapat
di basecamp. Selesai melakukan pembayaran biaya registrasi, kiat akan mulai
jalur pendakian sesungguhnya.
Track
pertama adalah berupa jalanan yang masih cukup lebar, yang biasa dilalui truk
pengangkut pasir. Di kaki gunung Guntur memang dimanfaatkan oleh warga sebagai
tempat mata pecaharian tambang pasir. Meski masih terbilang landai, tapi
jalanan berkerikil ini cukup bikin kepleset kalo kita gak hati-hati. Di track
ini pun , kita akan menemui area tambang pasir dengan eskavator dan alat-alat
berat lainnya. Selain itu ada beberapa warung kecil yang menjual aneka minuman
maupun makanan ringan. Kalau cuaca cerah, matahari terasa sangat terik. Hanya
rimbunnya semak-semak yang tumbuh tinggi di tepi jalan yang bisa dipakai untuk
berteduh.
first track
Cari tempat berteduh
Tapi di sebuah tikungan yang ada warungnya, kita akan mulai masuk ke
area banyak pepohonan. Jadi akan terasa lebih adem. Jalur berubah menjadi track
tanah liat yang padat dan sedikit licin kalau musim hujan. Jalur ini masih
terbilang landai dan kita masih bisa menemukan warung penjual makanan maupun
tempat-tempat istirahat. Salah satunya adalah seperti foto di bawah ini.
So greeny !
tempat duduk didesain melingkar. Keren!
Bisa sambil jajan
Bebas pilih spot buat break :D
Dery, Ilham, gue
Jujur
tempat ini gue bilang lokasi istirahat pendakian paling kece yang gue temuin.
Berada di bawah rimbunnya pepohonan dan banyaknya saung kecil membuat tempat
ini bener-bener bikin pewe. Sepertinya sengaja didesain untuk tempat break atau
sejenak melepas lelah bagi para pendaki gunung Guntur, maupun hanya mereka yang
ingin jalan-jalan ke Curug Citiis, sebuah air terjun yang alirannya berasal
dari sumber mata air di Gunung Guntur. Di lokasi break ini pun kita bisa jajan
gorengan, atau aneka minuman di sebuah warung yang ada di sini. Disediakan juga
kantong-kantong plastik hitam sebagai tempat sampah. Jadi tetap jaga kebersihan
ya! Terkadang ada juga yang pasang hammock untuk sekedar bersantai sambil
merasakan sejuknya hawa di sekitar sini. Mantap deh pokoknya! Wajib mampir kalo
lewat sini guys!
Behind the scene
Waktu
menunjukkan jam 11 siang. Gak terasa gue dan temen-temen udah 2 jam perjalanan.
Meskpun demikian kita gak buru-buru buat sampai di lokasi camping di pos 3. Karena
menurut gue perjalanan ke pos 3 hanya memakan waktu 3 jam. Jadi bisa santai dan
selebihnya kita bisa punya waktu di lokasi camp nanti. Dari pos tempat
peristirahatan tadi, kita lanjutin perjalanan menuju ke pos 3 melewati curug
Citiis. Sebelum sampai di curug ini, kita bakal nyebrang sebuah sungai kecil yang merupakan aliran
dari curug Citiis. Dengan bantuan ‘jembatan’ ala kadarnya yang tersusun dari
batu-batu dan kayu membuat perjalanan kali ini lebih seru dan menyenangkan.
menuju Curug Citiis
Setelah menyebrangi sungai, selanjutnya kita akan terus berjalan sampai di
curug Citiis. Di sini lah jalur pendakian berubah menjadi bebatuan dan tanjakan
terjal. Tapi saat perjalanan berangkat, gue dan temen-temen memilih jalur kiri
yang akan langsung mengarah ke padang sabana gunung Guntur. Awalnya kita harus
mendaki tanjakan berupa pasir yang berasa banget nanjaknya. Kalau gak fokus
bisa-bisa keperosot ke bawah. Dan setelah berjuang, akhirnya kita sampai di
sebuah padang ilalang dan semak belukar yang menyajikan pemandangan indah,
yess... padang sabana Guntur!
Menuju jalur sabana Guntur (dari persimpangan Curug Citiis)
Welcome!
puncak masih jauh?
Melewati
jalur padang ilalang di gunung Guntur ini membuat para pendaki bisa mendapatkan
view secara terbuka di bawah sana yaitu kota Garut, dan hamparan lereng gunung
Guntur yang khas dengan view yang jarang akan pepohonan. Hanya beberapa pohon
pinus yang menghiasi hamparan padang savana. Dan akhirnya gue tau, kalo
ternyata jalur sabana ini bisa dibilang juga jalur tengah pendakian gunung
Guntur. Karena jalur yang sebenarnya adalah tanjakan batu terjal setelah pos di
Curug Citiis tadi. Awalanya gue dan temen-temen khawatir kalo kita salah jalur,
ditambah hanya kita bertiga yang saat itu melewati jalur tersebut. Tapi dengan
modal optimis, kita terus berjalanan sampai akhirnya bertemu rombongan lain yag
juga lewat jalur sabana. Obrolan-obrolan kecil pun dimulai, dan sempat break
sejenak bareng rombongan tadi. Kalau kita lewat jalur ini, perjalanan akan
sampai di bawah sebuah pohon pinus yang terpampang sebuah papan bertuliskan
arah mata air pos 3. Itu artinya, sebentar lagi kita akan sampai di lokasi
camping di pos 3 yang sekaligus dekat dengan sumber air.
Ketemu rombongan pendaki lain
Sendiri juga indah
Lanjut menuju Pos 3
Setelah ketemu pohon ini, ambil jalur kanan ya..
Selalu ada bonus
Setelah
menembus jalur dengan ilalang yang sedang indah-indahnya, kita pun sampai di
lokasi camp, pos 3. FYI guys, pos 3 ini adalah pos atau lokasi camping terakhir
yang bisa kita gunakan. Peraturan ini memang terbilang baru, namun ada baiknya
juga kalo pos 3 ini dipakai sebagai lokasi camping ground. Selain lokasinya
yang luas, tempat ini pun dekat dengan aliran sungai yang menjadi sumber mata
air yang bisa dimanfaatkan oleh para pendaki. Meski lokasi pos 3 ini sedikit
miring, tapi cukup aman dipakai untuk mendirikan tenda dan cukup aman dari
terjanan badai yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Lereng gunung Guntur yang
sangat terbuka membuat tak jarang sekali terjadinya hal-hal yang gak kita
inginkan. Mungkin kita masih ingat tragedi beberapa pendaki yang tersambar
petir dan diterjang badai saat camping di puncak 1 gunung Guntur. Memang bisa
dibilang bahaya jika camping di lokasi tersebut, terlebih saat musim hujan. Oleh
karena itu sekarang udah ada peraturan baru yang mengharuskan para pendaki
hanya boleh mendirikan tenda di camp ground pos 3.
Puncak 1 Guntur as our background
Camp ground pos 3, mostly miring!
Jam
3 sore gue dan temen-temen mulai mendirikan tenda. Awalnya cukup kesulitan cari
lokasi untuk mendirikan tenda mengingat area camp di pos 3 berada di lahan yang
miring. Setelah dapet tempat yang dirasa pas, tenda pun didirikan dan mulai
memasak untuk makan sore itu. Situasi di area camping pos 3 sendiri sore itu
udah lumayan rame banget oleh para pendaki yang datang lebih awal. Mendirikan
tenda di pos 3 ini harus dengan perhitungan yang tepat, terutama berkaitan
dengan lahan yang miring. Kalo musim hujan, aliran air hujan terkadang bisa
mengganggu kenyamanan kita saat berada di dalam tenda. Kalo bisa jangan
mendirikan tenda di tempat yang sangat miring, dan jangan lupa buat parit-parit
kecil di sekitar tenda untuk antisipasi kalo hujan turun.
Untuk
perbekalan air, jangan khawatir. Di samping pos 3 ada aliran sungai yang
mengarah ke Curug Citiis, dan airnya dijamin bersih, asalkan kita ambilnya di
aliran paling atas. Dari lokasi camp pos 3, kita cukup berjalan menuju suara
aliran sungai di sebelah timur pos 3 menuju tepi hutan. Harus hati-hati juga
karena ada area bekas longsoran di sekitar aliran sungai ini.
Suasana
sore semakin dingin. Langit di atas kota Garut saat itupun mulai gelap dan
tersapu awan-awan gelap pembawa hujan. Awalnya kita menduga bakal ujan, tapi
ternyata dugaan kita salah. Setelah malam tiba, kita bener-bener dapat night
view yang indah banget di bawah sana. Gemerlap lampu di kota Garut, dinginnya
angin lereng gunung Guntur yang bertiup, dan canda tawa serta celoteh-celoteh
para pendaki membuat suasana jadi berkesan dan unforgettable banget.
Menjelang city light view kota Garut
And the night's coming
Setelah
makan malam, dan ngobrol kesana kemari, akhirnya kita putuskan buat istirahat
karena jam 2 malam kita harus bangun buat summit attack ke puncak 2 gunung
Guntur.
---------------------------------
Alarm
jam 2 malam pun berbunyi. Gue yang masih males-malesan buat bangun mau gak mau
harus memberanikan diri buat buka resleting tenda, setelah peralatan tempur
buat summit attack udah prepare semua. Dan.. berrrrrrrrrrrrr!!! Dinginnya udara
guntur di luar tengah malam itu lumayan menampar bro! Padahal di dalam tenda
selama gue tidur gak begitu bikin menggigil layaknya gunung Papandayan dan
gunung di Garut lainnya. Secara gunung Guntur ini emang punya tanah berpasir
dan juga gersang terutama musim kemarau. Jadi hawa panas permukaan tanah pun
bisa kita rasakan bahkan sampai malam.
Jujur gue sendiri merasa gak perlu pakai sleeping
bag kalau camping di gunung Guntur ini. Tapi buat kamu yang gak tahah hawa
dingin, tetap pakai juga gak ada salahnya kok, buat jaga-jaga kalau cuaca di
Guntur sewaktu-waktu berubah ekstrim.
Hiruk
pikuk para pendaki lainnya pun menambah semarak pos 3 gunung Guntur malam itu.
Sekiar setengah 3, setelah tim gue siap, pendakian ke puncak Guntur pun
dimulai. Target kita adalah puncak 2. Perlu diketahui guys, gunung Guntur ini
ada bilang punya 4 sampai 5 puncak. Tapi yang hits di kalangan pendaki sih ada
3 puncak yang sering didaki. Puncak 1 bisa ditempuh dari camp pos 3 dengan
perjalanan normal sekitar 2 sampai 3 jam. Pada saat mendaki, usahakan jangan
lewat jalur yang berpasir, tapi pilihlah jalur tanah padat atau rerumputan agar
kuat menahan pijakan kaki kita. Karena kalau lewat jalur berpasir akan lebih
menyulitkan pendakian, ditambah kontur lereng gunung ini sangat miring dan
membuat kita cepat lelah. Lampu senter sangat diperlukan saat summit attack di
gunung Guntur ini, buat memudahkan kita mencari jalur-jalur yang mempermudah
pendakian kita menuju puncak 1. Sempat break berkali-kali karena capek dan
mengatur napas yang lumayan ngos-ngosan, sambil sesekali menikmati night view
kota Garut di bawah sana dengan kalap-kelip kampu kota. Indahhh banget!
view city light kota Garut, bonus cahaya kilat
Jaket
yang sejak awal menghangatkan tubuh malah berubah jadi bikin gerah karena
keringat. Tapi saat break, tiupan angin lereng gunung kadang bikin tubuh
kembali kedinginan. Saat mendongak ke atas, teriakan pendaki yang sudah sampai
di puncak 2 terlebih dulu dan kilatan lampu senternya membuat gue makin
semangat buat cepat-cepat sampai di sana juga. Meski sering ketinggalan,
akhirnya gue dan tim gue bertiga sampai juga di Puncak 1 gunung Guntur.
Yeayyy!!
Suasana
di puncak 1 pagi itu mulai ramai. Waktu menunjukkan jam 5 pagi, dan kita satu
tim menyempatkan diri buat sholat Subuh jamaah. Setelah itu, kita dilanda
kegalauan, hehehe. Sang kapten, Kak Ilham ngasih opsi mau lanjut ke puncak 2
yang emang udah jadi target awal, atau tetap stay di puncak 1 aja. Gue dan Dery
awalnya sempat bingung. Kalau lanjut, ke puncak 2, kita khawatir sampe atas
ketinggalan moment sunrise. Secara kira dua kameramen amatiran ini rela summit
sambil bawa tripod buat bikin timelapse sunrise di Puncak 2. Tapi kalau gak
lanjut dan tetap di puncak 1, rasaya sayang banget dan sepertinya bakal dapet
view yang kurang maksimal. Buat bahan pertimbangan, Kak Ilham menunjuk
pendaki-pendaki yang nanjak ke puncak 2 yang dia amatin dari jam 5 lewat tadi
sampai di puncak 2 yang hanya butuh waktu sekitar 20 menit buat sampai di
puncak. Akhirnya kita bertiga sepakat lanjut ke puncak 2 lewat jalur tengah. Jalur
kanan dan kiri didominasi kerikir dan pasir, jadi gue dan tim pilih Jalur
tengah. Kalau dari area puncak 1, kita sedikit turun ke lembah yang ada
beberapa pohon pinus di sana, dan kembali nanjak seperti saat menuju puncak 1
namun terasa lebih landai. Gak butuh waktu lama buat sampai ke puncak 2. Dari
berbagai sumber yang gue baca sebelumnya yang menyebutkan bahwa butuh 1 jam
buat ke puncak 2 dari puncak 1 adalah salah. Hehhee, mungkin versi orang beda
ya, itu cuma buat bahan referensi aja. Karena gue sendiri membuktikan kalo dari
puncak 1 ke puncak 2 butuh waktu 20 menit!
Langit di ufuk timur mulai memerah tanda matahari akan segera terbit dan menyambut hari baru. Gue bersyukur akhirnya sampai juga di puncak 2 gunung dengan julukan Semeru di tanah pasundan ini. Segera gue cari spot bagus buat pasang tripod dan kamera gue buat meng-capture sunrise view yang udah siap menyambut para pendaki gunung Guntur pagi itu. And finally, yang ditunggu-tunggu datang juga! Yess! A perfect sunrise ever! Ini sunrise paling kece yang pernah gue lihat. Beruntung banget bisa lihat dari langit masih jingga sampe matahari muncul dengan cantiknya menurut gue ini bonus dari sebuah pendakian.
Waiting for sunrise
Puncak 3
Ilalang kece
Hello from Cikuray & Papandayan
Pagi pun mulai terang.
Pemandangan Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Ciremai, dan juga Situ Bangendit
di bawah sana menambah semarak keindahan pagi dari gunung Guntur yang lagi
cantik-cantiknya. Gimana gak indah, ilalang-ilalang dengan bunganya yang merah
agak pinky-pinky gimana gituu..bikin view pagi di sini tambah kece. Gue, Kak
Ilham dan Dery pun nyoba buat explore ke berbagai penjuru di puncak 2 ini. Dari
puncak 2, kita bisa lihat jelas gagahnya puncak 3 yang seakan-akan minta didaki
sekaligus. Tapi... gak deh, di puncak 2 aja udah alhamdulillah banget ini
kecenya! Hehehe.. Di puncak 2 ini masih terdapat beberapa titik yang jelas
banget mengeluarkan panas bumi dengan suara yang khas. Ini menandakan kalo
gunung Guntur emang masih aktif, dan panasnya bisa kita rasakan menggunakan
telapak tangan dan terlihat asap tipisnya yang keluar dari dalam permukaan
tanah.
Merasakan panas bumi di puncak 2 Mt. Guntur
keluar asap tipis
Puas
menikmati keindahan dan kekecean puncak 2 Gunung Guntur, sekitar jam 8 pagi gue
dan tim memutuskan buat turun kembali ke pos 3. Awalnya gue was-was bakal
kesulitan saat turun gunung karena kemiringan yang curam. Tapi kali ini kita
turun lewat jalur berpasir yang pastinya berbeda dengan jalur saat kita mendaki
tadi. Dan awal menuruni trek berpasir ini lumayan bikin was-was takut kepleset.
Tapi lama-lama nagih, sumpah! Seru banget! Kita berasa meluncur bebas dengan
kedua kaki sebagai tumpuan. Mau sambil lari pun bisa, asal yang kita pijak
benar-benar pasir dan bukan bebatuan dengan ukuran besar. Gak lama kemudian
sampai kembali di puncak 1 dan lanjut lagi menuju lokasi camp di pos 3.
kembali menuju puncak 1
Suasana pagi di Puncak 1 Mt. Guntur
Masih
dengan trek “perosotan’’ yang sama dan lebih gokil guys! Gak jarang gue dan
temen-temen serta pendaki lain yang juga bareng saat turun keporosot lucu dan
manja yang pastinya pantat pun jadi korban hahaha! Suara-suara pijakan sepatu
yang tenggelam ke pasir dan kerikil saat berpijak pun bikin suasana makin seru
dan asyik! Benar-benar petualangan yang kece, dan.. jadi penasaran nih gue sama
Mahameru hehehe. Kira-kira lebih seru mana ya? Oiya guys, perlu hati-hati juga
saat menuruni gunung Guntur dengan trek berpasir kayak gini, karena selain
pasir dan kerikil, ada juga bebatuan seukuran kepalan tangan orang dewasa
bahkan lebih yang ikut terbawa longsoran pasir saat kaki kita berpijak. Tetap
waspada jangan sampai mengenai pendaki lain yang ada di bawah kita.
Kembali ke Pos 3
Let's fight!
Setelah
sampai kembali di pos 3, aktivitas selanjutnya adalah bikin menu buat sarapan
sebelum siangnya kita turun gunung dan kembali ke basecamp. Dan saat bongkar
tenda sampai mau turun pulang pun jangan lupa bersihkan area sekitar lokasi
camp, jangan sisakan sampah sedikit pun. Dan pendakian kece ke Gunung Guntur
kali ini ditutup dengan perjalanan kembali turun ke basecamp dengan riang
gembira, hehehe.. Tetap hati-hai karena perjalanan turun menuju pos 2 di dekat
curug Citiis akan lebih ekstrim karena track nya berupa bebatuan terjal dan
agak sedikit licin terutama saat atau setelah hujan. Sekitar jam 2 siang, tim
gue sampai di basecamp awal Guntur. So, dengan mendapatkan banyak view yang
indah, dan keseruan selama pendakian, gue putuskan pendakian ke Gunung Guntur
ini kece abissssssss!!
Salam
lestari dan jangan buang sampah sembarangan, good travellers!
Komentar
Posting Komentar