Buat yang pernah travelling ke Pangandaran pasti udah tau
donk sama Green Canyon? Wisata menyusuri sungai yang berwarna hijau tosca yang
diapit dinding-dinding tebing yang megah dan khas. Nah, ternyata, kalau kita
coba explore kawasan Banten, gak jauh dari wisata Pantai Carita, ada sebuah
curug yang merupakan gugusan dari aliran sungai yang menyerupai Green Canyon,
sehingga dijuluki “Little Green Canyon”. Yap! Curug Putri namanya. Jangan salah
ya, di Banten, tepatnya di Kabupaten Pandeglang ada 2 curug putri yakni yang
terletak di kaki gunung Pulosari, dan Curug Putri Tahura (Taman Hutan Raya)
yang ada di Kecamatan Carita. OK, kali ini gue bakal sedikit cerita tentang trip gue
bareng temen-temen ke Green Canyon-nya Pandeglang ini.
Gue berangkat dari Tangerang, menuju arah Anyer melalui tol Jakarta-Merak keluar
di exit toll Cilegon Barat, kemudian mengarah ke Pantai Anyer. Dari Anyer
perjalanan masih lanjut menyusuri pesisir barat Banten menuju arah Labuan dan
Carita. Sepanjang perjalanan ini kita melewati beberapa pantai yang ada di
sekitar Anyer, seperti Pantai Karang Bolong, Pantai Pasir Putih, Pantai
Sambolo, dan masih banyak lagi. Nah, setelah melewati Pantai Sambolo,
perhatikan arah Google Maps yang mengarah ke Curug Putri Carita.
Jalan arah menuju curug ini gak segampang yang kita
bayangkan. Setelah mengendarai mobil melewati perkampungan dengan jalan yang
sempit dan nyaris muat satu mobil doang, sampailah gue dan temen-temen di
sebuah ujung jalan yang emang udah ‘mentok’ dan gak bisa lanjut lagi. Setelah
nanya warga sekitar, emang benar di situlah lokasi parkir jika hendak menuju
Curug Putri. Kami pun memarkir mobil di sebuah halaman depan rumah warga.
Setelah turun dan ngobrol-ngobrol dengan salah seorang warga, ternyata untuk
menuju lokasi curug perlu dan harus memakai jasa pemandu, yang tak lain adalah
warga sekitar. Dan bapak-bapak yang gue ajak ngobrol inilah salah satunya,
karena dari tadi gue udah liat kaos yang dipakai ada tulisan Curug Putri.
Sempat ragu dengan anjuran pakai guide tersebut, dengan alesan kami takut
dipatok harga terlalu tinggi dan macem-macem. Jujur gue sendiri ini adalah
pengalaman pertama main ke curug harus pake pemandu. Dan di saat yang sama, gue
lihat rombongan pengunjung lain yang mulai berangkat menuju lokasi curug dengan
diantar menggunakan jasa ojek. Dari situ gue ambil kesimpulan: Oh, emang benar,
kalau mau ke Curug Putri harus pakai jasa pemandu. Sebelum dateng ke sini pun
gue gak sempat banyak riset mengenai lokasi wisata kece di Pandeglang ini, jadi
agak shock pas ditawarin jasa pemandu. Tapi sang bapak tadi menjelaskan ke kita
kalau jarak menuju curug masih sekitar 3 km lagi dan perlu waktu sekitar 1 jam
tracking. What!? Dan salah satu alesan kuat kenapa perlu guide adalah, curug
Putri yang merupakan aliran sungai dengan tebing-tebing unik ini ternyata
track-nya gak segampang yang dibayangkan. Perlu pakai pelampung buat menyusuri
aliran sungai. Akhirnya, kita sepakat sama bapak tadi buat minta antar ke curug
dengan biaya sewa pemandu Rp35.000,- per orang dan beliau bilang sudah termasuk
tiket masuk yang gue gak tau berapa sebenarnya.
Perjalanan menuju Curug Putri dimulai. Siang itu sekitar jam
1, gue dan ketiga temen gue diantar bapak tadi menuju lokasi curug melewati
sebuah jembatan, ladang, dan akhirnya memasuki kawasan hutan lindung, dengan
jalan yang cukup lebar untuk sebuah hutan, kira-kira cukup untuk satu mobil.
Perjalanan kami selingi dengan berbincang-bincang dengan bapak tadi tentang
apapun yang pengen kita tahu. Jalan hutan yang lebar pini ternyata berujung di
sebuah area yang banyak berdiri warung kecil. Setelah itu kita bakal ngelewatin
jalanan hutan yang sebenarnya dengan track yang gak gampang! Naik, turun,
samping jurang, dan kadang licin. Kebetulan
saat itu kita juga berpapasan dengan pengunjung lain yang sepertinya sudah
kembali dari curug terlebih dulu, dan juga ada yang baru berangkat juga bareng
kita. Mereka pun sama, pakai jasa pemandu seperti kita. Di perjalanan, gue
sempat lihat area bekas longsoran, mengingat daerah ini emang rawan longsor,
info dari sang bapak pemandu. Sekitar satu jam perjalanan, sampailah kita di
dekat sumber suara derasnya aliran air sungai tanda kita bentar lagi sampai
tujuan. Terliat beberapa warung kecil seperti yang sebelumnya, yang menjajakan
makanan ringan dan minuman. Di sampingnya ada aliran curug kecil bernama curug
Gendang yang lebih dulu menyapa kita. Dan ternyata, Curug Putri belum kelihatan
hehehe. Masih perlu berjalan menyebrangi
sungai di atas jembatan kayu dulu, lalu kita berhenti di sebuah warung tempat
penitipan barang-barang yang sekiranya gak perlu kita bawa ke curug. Kebetulan
warung tersebut adalah milik bapak pemandu tadi yang dijaga oleh istrinya. Di
belakangnya pun ada tempat ganti dan kamar mandi. Setelah siap, kita pun
diantar menuju curug Putri yang jaraknya tinggal beberapa ratus meter lagi.
|
Menuju curug melintasi pedesaan |
|
Melewati ladang penduduk |
|
Memasuki kawasan Tahura. Dan baru nyadar, ada pertemuan jalan di sini. Dengan kata lain ada jalan lain selain yang kita lalui dan lebih mudah, yaitu dari pintu masuk Tahura, di daerah Sukarame, Carita |
|
The real lokasi parkir (Karena salah jalan awal, jadi gak parkir di sini, tapi di sekitar pemukiman warga, kena Rp 30.000 !) |
|
Melintas track hutan dengan medan terjal |
|
Dikit lagi. |
|
Curug Gendang |
Menyusuri aliran curug Putri lebih baik kita lepas alas
kaki, dan siap pakai pelampung karena di track awal setelah ‘nyemplung’ kita
bakal dihadapkan dengan kedalaman air sekitar 2 meter yang harus kita lewati
untuk mencapai curug Putri. Di sini juga dipasang tali untuk pegangan saat
menyusuri bagian yang dalam. Setelah selesai meniti tali dan melewati jalur
tersebut, kita masih harus menyusuri aliran sungai dari Curug Putri. Sekedar
saran, kalau kesini lebih baik jangan pas weekend, karena situasi akan ramai
pengunjung dan terkesan kurang asyik. Karena aliran sungai dari Curug Putri ini
gak terlalu lebar, jadi kalau lagi rame harus sabar saat harus bergantian
melintasi aliran curug. Pas kesana kemarin agak sedikit terganggu sama
pengunjung yang ngerokok di antara sempitnya track curug yang diapit dinding
setinggi 5-7 meter itu. Jadi sedikit pengap sama asap rokok. Menyebalkan!
|
Track awal menyusuri aliran sungai Curug Putri |
|
Dinding tebing yang unik |
|
Lumayan crowded |
|
Ujung track, aliran deras curug Putri |
|
Amankan gadget kalau kesini ya, jangan sampai nyemplung |
Untuk spot-spot foto yang bagus di curug Putri ini adalah di
dinding-dinding tebing yang mengapit aliran curug. Permukaannya seakan-akan
menyerupai ukiran, tapi ini asli dari alam, bukan buatan. Tapi sayangnya ada di
beberapa bagian yang udah kena pengaruh “alaynisasi” alias ukiran-ukiran kata-kata
gak penting dan nyampah (jangan dicontoh). Selain dinding tebing yang unik
bentuknya, ujung dari track sungai dari curug ini ada sebuah aliran curug kecil
yang bisa dijadikan tempat pijat refleksi hehehe. Maksudnya merasakan sensasi
jatuhnya aliran air deras setinggi 2 meter. Dan cahaya matahari yang masuk
menerobos celah-celah rimbunnya pepohonan juga kadang menciptakan sensasi
tersendiri di sepanjang aliran curug Putri. Buat kalian yang berkunjung ke
Curug Putri, tetap utamakan keselamatan, mengingat track menuju curug dan
aliran sungai di curug Putri bukan track yang mudah dan perlu adanya panduan.
Have a nice trip, good travellers!
Komentar
Posting Komentar