EKSOTISME CURUG CIPENDAWA CIANJUR
Gak
terasa tahun udah berganti, selamat datang 2018. Dan gak terasa juga gue udah
lama gak nulis artikel. Tapi kalian bisa nikmatin karya-karya gue yang ada di
YouTube kok. Beberapa trip di akhir tahun 2017 kemarin yang sudah
terdokumentasi di YouTube tapi belum sempat gue share di blog. Dan untuk
pembuka di awal tahun ini gue share cerita perjalanan ke sebuah air terjun yang
eksotis di kaki gunung Gede Pangrango, Cianjur.
Selamat datang 2018 ! |
Kalau
main ke daerah Puncak, Bogor, jika kita lanjutkan perjalanan terus akan menuju
arah Cipanas dan Pacet yang masuk Kabupaten Cianjur. Yang udah pernah main ke
Taman Cibodas, Taman Bunga Nusantara, atau pendakian ke Gunung Gede Pangrango
mungkin udah gak asing dengan daerah sejuk itu. Yap, sejuk, karena berada di
kaki gunung. Di daerah sini pun banyak perkebunan sayur. Gak cuma itu, ternyata
ada beberapa curug yang menyejukkan mata. Selain curug Cibeureum yang ada di
jalur pendakian Gunung Gede via Cibodas, ternyata ada curug lain yang tak kalah
menarik, gak jauh dari jalur pendakian Gunung Gede via jalur Gunung Putri. Jika
dari daerah Cipanas, tepatnya sisi pasar dan Istana Cipanas, kita bisa menuju
kawasan basecamp Gunung Putri. Saat ada percabangan jalan, ambil arah kiri
menuju Jalan Gunung Putri. Ikuti saja jalanan yang melewati perkampungan itu
tapi jangan khawatir, aksesnya udah gampang kok, jalanan beraspal mulus. Yang
lebih gampang, patokannya adalah kalian harus menuju lokasi sebuah candi Budha
bernama Candi Tri Dharma, karena kita start perjalanan menuju curug dari lokasi
candi yang pucuknya mirip Candi Borobudur itu. Meski kemarin sempat nyasar
alias kelewatan sampai di basecamp Gunung Putri, tapi akhirnya ketemu juga
jalan yang benar hehehe. Honestly, pengen ke curug Cipendawa ini karena ihat
postingan salah satu temen di instagram, tapi nama curugnya adalah Curug
Dengdeng. Jadi pas nanya-nanya warga sekitar gak ada yang tau, mereka bilang
adanya Curug Cipendawa yan deket dari lokasi basecamp dan Candi Tridharma. Dan
setelah gue riset-riset ulang, ternyata benar, yang dimaksud temen gue Curug
Dengdeng adalah ya Curug Cipendawa itu hahaha. Sempat lihat temen-temen pendaki
yang mulai berangkat dari basecamp Gunung Putri juga dan bikin envy hehehe.
Tapi sesuai tujuan utama, mau gak mau puter balik lagi menuju arah Candi Tri
Dharma yang tadi udah kita lewatin. Sampai di lokasi candi, kita nanya-nanya
dulu ke warga dan ternyata kita bisa titip kendaraan di lokasi candi yang
kebetulan bersebelahan dengan area ladang sayur yang dikelola oleh ibu-ibu,
waktu itu kita panggilnya teteh. Dan beliau juga cerita kalau yang mau ke curug
Cipendawa biasanya juga nitip motor di situ. OK, akhirnya kita titip motor dan
dikasih tau jalan setapak sisi ladang menuju curug Cipendawa. Untuk biaya
parkir karena ini cuma nitip, kasih aja seikhlasnya ya, good travellers,
sebagai ucapan terimakasih.
Track
pertama, kita harus melewati jalan setapak di antara ladang-ladang sayur. Memang tidak papan penanda khusus arah ke
curug ini, maklum karena memang belum dikelola dan sepertinya gak terlalu hits
di search engine google ya. Eits, bukan berarti jelek ya curugnya. Setelah
berjalan meniti pematang-pematang ladang sayur, sampailah di pekarangan
rumah-rumah warga, dan sempat beli air minum di warung untuk bekal selama
perjalanan ke curug. Di curug gak ada warung guys, jadi siap-siap perbekalan
ya. Sempat nanya-nanya lagi ke warga arah curug Cipendawa, mereka bilang
setelah lepas rumah-rumah warga, nanti ada bangunan yang belum jadi (semacam
bangun rumah) dan di sampingnya ada jalan setapak menurun. Nah, itulah
jalannya. Awalnya gue dan temen gue hampir lurus terus ke atas arah area ladang
sayur. Tapi kebetulan ada anak-anak yang barusan dari curug Cipendawa juga yang
ngasih tau jalur yang benar. Alhamdulillah, akhirnya kita menyusuri jalan
setapak menurun tersebut.
Menuju jalan setapak ke curug Cipendawa |
Menurun
dan makin menurun, menuju arah aliran sungai dari curug Cipendawa. Meski track
nya sudah tersusun layaknya anak tangga kecil dengan bata, tapi ngeri juga
karena cukup curam. Gak kebayang kan nanti pulangnya bakal ngos-ngosan nanjak.
Perjalanan berlanjut dengan medan yang berada di sisi tebing yang rawan
longsor, bahkan ada sisa tanah longsoran dari atas. Hati-hati ya, terutama saat
lewat jalanan yang benar-benar cukup untuk satu orang dan berada di pinggir
tanah yang labil. Makin dekat, suara gemericik air sungai makin terdengar.
Setelah sempat menyeberangi aliran sungai, derasnya air terjun Cipendawa mulai
terihat dari kejauhan. Dan sampailah kita di hadapan air terjun eksotis di kaki
gunung Gede Pangrango ini. Deras, tinggi, dan lumayan buat basah-basahan. Secara
administratif, curug Cipendawa terletak di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur. Curug ini ‘dihiasi’ tanaman talas di sekitarnya yang
sepertinya memang ladang warga sekitar. Kalau kalian berharap curug ini punya
kolam yang bisa buat renang, mungkin kalian harus menahan angan itu hehehe.
Karena curug Cipendawa punya sepertinya gak punya kolam untuk sekedar renang
dan berendam. Tapi hempasan airnya lumayan bikin basah siapapun yang mencoba
melihat curug ini lebih dekat. Selain tingginya air terjun yang berkisar antara
40-50 meter, yang menambah keeksotisan curug ini adalah adanya aliran air
terjun kecil di sisi derasnya aliran curug utama. Jadi cukup menambah semarak
suasana.
Dan yang bikin gue kemarin bersyukur banget waktu ke sini adalah, gak
ada pengunjung lain yang datang ke curug. Jadi bisa ambil foto dari angle
manapun. Jarangnya pengunjung entah karena masih relatif pagi atau emang curug
ini gak terlalu populer di kalangan para travellers. Entah. But it’s no matters!
Populer atau tidaknya sebuah keindahan alam bukan penentu indah atau tidaknya
tempat itu. Karena yang sudah populer pun kadang malah ‘rusak’ keindahannya
karena oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Untuk curug Cipendawa ini,
cukup asik lah menurut gue buat hunting foto, atau sejenak melepas penat saat
libur. Tapi sayang ya, di lereng dari tebing sisi curug ada sampah yang
sepertinya dibuang dari atas tebing dan mengganggu pemandangan sekitar. Saat di
curug kalau kalian dengar suara deruan motor, jangan heran. Karena memang di
atas curug ini ada jalanan kecil yang dipakai petani sayur untuk berlalu lalang
setiap hari membawa hasil panen sayurnya. Sekedar ngobrol-ngobrol sama petani
sayur, ternyata kebanyakan area ladang sayur di sini adalah milik orang kota,
seperti Jakarta misalnya. Ya apalagi kalau bukan tanah yang dibeli dari milik warga
sekitar. Dan pekerjanya adalah orang sekitar desa Sukatani. Puas berfoto-foto
dan sejenak menikmati kesegaran dari suasana di curug Cipendawa, sejam berlalu,
gue putuskan buat pulang. Tapi gak langsung ke tempat parkir di pelataran candi
Tri Dharma tadi, tapi melanjutkan perjalanan jalanan menuju atas curug, masih
sekitar area ladang sayur. Niatnya sih pengen lihat view air terjun dari atas.
Dan setelah bersusah payah melewati ladang sayur, this is it ...!
View form above |
"Hidup adalah perjalanan. Lakukanlah perjalanan untuk kehidupan" (Anggi Frisca) |
Belum
puas dapet view air terjun, sambil jalan pulang pun kita masih sambil foto-foto
dan menyaksikan keindahan pemandangan jauh di bawah sana. Ada apa? Kita berada
di daerah lereng gunung dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl lebih. Wajar jika view
pegunungan di Purwakarta dan waduk Jangari di Cianjur terlihat dari atas area
perkebunan sayur di Pacet ini. Dan hal seperti inilah yang gue sebut ‘bonus’
dalam sebuah perjalanan hehehe..
Ok,
that’s all of my opening story for this year. Sampai ketemu di artikel
selanjutnya guys..
Jangan
lupa tonton juga video-video perjalanan gue di channel YouTube ‘GUSSTRAV’,
ditunggu komen, like, dan subscribe nya ya..
Komentar
Posting Komentar