Sanghyang Heuleut Si Danau Purba
Bicara
tentang Bandung emang gak ada habisnya. Mungkin most of people lebih suka main
ke Bandung sebelah utara dan selatan, yang terkenal dengan hawa dingin. Tapi
siapa sangka di belahan Bandung Barat ada beberapa spot bagus dan keren yg
cocok untuk referensi wisata kamu semua di saat liburan. Salah satunya adalah
Stone Garden atau Taman Batu yg ada di Padalarang. Eitss.. tapi kali ini gue
gak bakal bahas tentang Stone Garden karena udah pernah gw share sebelumnya di sini . So, gw bakal cerita apa kali ini? Masih di Bandung Barat guys, sebuah danau yg
dibilang juga ‘danau purba’ yg bernama “Sanghyang Heuleut”. Penasaran? Let’s
check this out!
Sanghyang
Heuleut ini berupa sebuah danau yg di bagian atasnya dialiri gemericik air yg
merupakan bagian dari Sungai Citarum purba dimana aliran air tersebut seakan
mengisi danau Sanghyang Heuleut. Airnya jernih berwarna hijau dan gak begitu
dalam. Jadi cocok banget buat kamu yg mau berenang di sini. Danau Sanghyang
Heuleut dikelilingi oleh formasi bebatuan yg unik dan menjulang tinggi di
beberapa spot. Sepintas mirip Halong Bay di Vietnam kali ya hahaa.. Jadi gak
heran buat mereka-mereka yg tertantang adrenalinnya buat lompat dari atas
bebatuan rela ngantri buat ngrasain sensasi nyebur di hijaunya air danau purba
ini. By the way, kenapa dari tadi gue ngomong purba-purba mulu ya? You know
what? Sanghyang Heuleut ini disebut sebagai danau purba karena bisa dilihat
dari formasi bebatuan yg ada di sini guys. Bebatuan ini terbentuk dari hasil
letusan gunung api purba yg bernama Gunung Sunda, yg merupakan masih bagian
dari sejarah terbentuknya Bandung. For indepth information, kalian bisa search
sendiri dari sumber-sumber yg ada di internet. Dari beberapa sumber yg gue
dapat dan digabung sama pemahaman gue, Sanghyang
berarti sesuatu yg dianggap suci dan Heuleut yg jelas-jelas berasal dari
bahasa Sunda berarti jeda atau batas antara dua hal/waktu. Dan konon danau ini dahulu kala dipakai utk
mandi oleh para bidadari. Jadi mungkin maksudnya adalah sebuah tempat suci yg
sering dipakai oleh para bidadari khayangan yg memiliki batas waktu berbeda
dengan manusia. Hmmm.. ribet ya hahhaa! Dan Sanghyang Heuleut ini juga masih
merupakan bagian dari Sanghyang Poek dan Sanghyang Tikoro. Wah.. apalagi tuh?
Sanghyang Tikoro dan Sanghyang Poek ini berupa goa purbakala dimana kedua goa
ini dilintasi aliran sungai Citarum purba yang juga mengalir dari Sanghyang
Heuleut. Poek dalam bahasa Sunda
berarti gelap, sedangkan Tikoro
berarti tenggorokan. Jika musim
penghujan, aliran di sungai ini akan deras.Ada yg untik di kedua goa ini. Di
goa Sanghyang Poek kita bisa lihat dinding goa yg megah dimana di bawahnya ada
cerukan dan kita bisa berlindung di bawahnya. Kalau Sanghyang Tikoro, yg unik
adalah kita bisa lihat aliran sungai yg ‘menghilang di telan mulut goa’!!
What?? Ini juga punya cerita sendiri guys, tentang sejarah terbentuknya
Bandung. Dan gue sendiri gak tau itu aliran sungai kemana. Yang jelas, dia
masuk ke mulut goa. Waw!
How to go there
Ok,
back to danau Sanghyang Heuleut guys! Heheh jadi kemana-mana. Tapi gak papa kan
buat tambah-tambah info hehhee.. buat mencapai danau purba yg kece ini jangan
dikira gampang bro, butuh perjuangan! Lokasinya berada di Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat. Kalo kamu dari arah Bandung, tinggal menuju Padalarang,
kemudian lanjut lagi sampai daerah Cipatat sampai ketemu gerbang masuk PLTA
Saguling di sisi kiri jalan (kanan jalan jika dari arah barat/Cianjur).
Patokannya Power House PLTA Saguling. Dari power house, kita bisa parkir
disekitar situ karena sekarang warga sekitar sudah mulai membuka area parkir,
mengingat jumlah pengunjung yg semakin hari semakin bertambah. Begitu juga
dengan penjual makanan dan minuman yg sudah mulai meramaikan lokasi. Dari PLTA
Saguling, kita bakal tracking selama kurang lebih satu jam untuk bisa sampe di
Sanghyang Heuleut. Track awal, kita bakal nglewatin area sekitar PLTA dimana
kita bisa lihat pipa raksasa yg merupakan pipa saluran air untuk pembangkit
listrik. Amazing brohh!! Gw kira perosotan water boom. Eh ternyata... hahhaa. Gak
sedikit yang menyempatkan diri buat foto-foto di sini. Tapi hati-hati, ini
masih berada di area proyek, jadi gak heran kalo petugas menyediakan jalur
khusus untuk pengunjung yg akan menuju Sanghyang Heuleut, dimana jalur ini
dibatasi oleh (semacam) police line agar pengunjung melewati area ini safely.
Power house Saguling |
Taati aturan, berjalan di jalur yang sudah disediakan demi keselamatan |
Pipa 'raksasa' |
berdebu coy.. |
track mendekati Sanghyang Poek |
Kebetulan
gue kesini pas musim kemarau, jadi sepanjang tracking menuju Sanghyang Heuleut
jalanan berdebu. Gue saranin pake masker guys, biar debu gak ganggu perjalanan. And finally kita masuk track
dimana banyak pepohonan rimbun yg lumayan bikin teduh. Gak lama kemudian sampai
lah di Sanghyang Poek yg gue ceritain tadi. Ada dua pintu goa di sini. Karena
gak pengen lama-lama, akhirnya gue lanjutin perjalanan. Setelah melewati depan
mulut goa, tibalah kita di track yg bener-bener challenging banget! Menyusuri
sungai guys! Hahaha bayangkan kita harus berjalan dan sesekali melompat-lompat
di antara bebatuan yg formasinya gak beraturan dan unik. Gak jarang juga
pengunjung terpeleset saat berpijak pada permukaan batu. Harus pinter-pinter
cari celah dan jalanan yg menurut kamu safety buat dilewatin. Makanya gue
sararin kalo mau ke Sanghyang Heuleut it’s better kalo lagi musim kemarau, jadi
aliran air sungai gak begitu deras. Karena kita bakal nglewatin track terjal di
antara bebatuan di sepanjang aliran sungai Citarum purba ini.
"Masuk enggak masuk enggak ma........." |
Kemegahan di Sanghyang Poek |
Setelah
hampir satu jam tracking, gue dan temen-temen ketemu pengunjung lain yg juga
mau ke Sanghyang Heuleut. Merekan nyaranin buat lewat jalur yg gampang lewat
pinggir hutan di sisi sungai, so kita gak perlu repot-repot lompat di bebatuan
sungai. Pffffttt.. dari tadi kek hahahah! Dan ternyata benar, ada jalur khusus
yg telah dibuka untuk menuju Sanghyang Heuleut berupa jalanan setapakdna
ternyata guys... sebenarnya kita bisa
lewat sini dari awal pas masih di Sanghyang Poek tadi. Jadi setelah nyemplung
sungai deket Sanghyang Poek ada jalur ke atas yg menuju hutan. Hmmm.. okelah! Ini
pelajaran dari sebuah perjalanan, jadi gue juga bisa share ke loe semua guys
hhehhe. Ada manfaatnya juga kan?
Dan bebatuan seakan berkata "Selamat datang" |
Ini track yg seharusnya, tanpa menyusuri sungai |
Setelah
berlompat-lompat ria like a frog dibebatuan, finally kita sampai di Sanghyang
Heuleut. Rameeee banget! Maklum lah weekend. Ditambah tempat ini udah mulai
ngehits di sosmed, terutama instagram. Tapi perjuangan belum berakhir hahahah!
Buat mencapai ke tepi danau, kita juga masih melipir di permukaan batu yg
miring dan nyaris rata. Jadi agak kesusahan buat nyari pijakan. Makanya gue gak
recommend-in para cewe buat pake wedges atau high heels. hahhaa!!
Sampai
di Sanghyang Heuleut, kita bisa menikmati view sebuah tebing di sisi danau
purba ini yg menjulang tinggi. Bebatuan yg menjadi spot-spot favorit buat
jumping, aliran air terjun mini yg mengalir ke danau, hijaunya air danau yg
saat itu dipenuhi dengan canda tawa para pengunjung. Dan pastinya kita bisa
berenang sesuka hati, atau hanya duduk di tepi danau sambil foto-foto. Meski
relatif dangkal, tetap hati-hati ya guys, karena ada beberapa titik yg agak
dalam, dan bebatuan di dasar danau agak lancip, meski sebagian dasar danau ini
berupa pasir. Disekitar Sanghyang Heuleut ini juga gue sempat melihat beberapa
anak kecil yg merupakan warga sekitar yg memanfaatkan tempat ini untuk mata
pencaharian mereka dengan berjualan minuman. Gue sempat beli 1 botol air
mineral seharga Rp5.000,-. Padahal gue biasa beli dengan harga Rp3.000,- di
tempat lain. Tapi kalo dipikir-pikir, wajar mereka mematok harga goceng untuk
sebotol air mineral, mengingat perjuangan mereka menuju tempat ini sambil
membawa barang dagangan. Itung-itung bantu mereka nyari duit hehhee. Ga ada
salahnya kan membantu meningkatkan perekonomian warga sekitar lokasi wisata
sepeti ini?
Mereka yang menjajakan dagangannya |
Dan pastinya tetap jaga sikap dan perilaku ya guys, wherever you
are, jangan bertingkah semaunya atau merugikan orang lain, contohnya vandalisme
dan buang sampah sembarangan. Ingat, kita terlahir untuk menjaga dan
melestarikan alam, bukan mengotori. Kalo gak bisa bersihin sampah, at least
jangan nambahin. Be a good traveler, please!
Note:
Sampai dengan artikel ini diposting, tiket masuk ke Sanghyang Heuleut masih free
alias GRATIS. Hanya perlu siapkan biaya parkir, bekal secukupnya, sepatu atau
sendal tracking, dan stamina yang fit.
Komentar
Posting Komentar