Pendakian Gunung Merbabu 3142 MDPL (via Jalur Wekas)
Meski mendaki gunung bukan hobi utama
gue, tapi paling gak gue udah punya list gunung mana yang pengen gue daki tiap
tahunnya. Siapa tau ada waktu libur panjang yang bisa gue manfaatin buat
menikmati keindahan di ketinggian. Dan Gunung Merbabu sejujurnya udah masuk
sejak awal tahun 2015. Meski akhirnya dulu melenceng ke Ciremai hehehe. (Baca juga: Meraih Puncak Ciremai 3078 MDPL (via Jalur Palutungan))
Tapi di awal bulan Mei 2016, akhirnya gue bisa mewujudkan keinginan gue buat
menjelajah salah satu gunung di Jawa Tengah. And finally, tanggal 6-8 Mei 2016,
jadi waktu yang tepat buat perjalanan ini.
Sebelumnya gue bakal share sedikit
tentang Gunung Merbabu. Gunung yang punya tinggi 3142 mdpl ini ada di beberapa
kabupaten, seperti Magelang, Salatiga, dan Boyolali. Jalur pendakian pun gak
cuma satu guys! Ada beberapa jalur favorit yang pastinya dengan karakternya
masing-masing. Ada jalur Wekas yang ada di Magelang, jalur Selo dari Boyolali
yang juga berdekatan dengan jalur menuju Merapi, serta jalur Thekelan,
Suwanting dan Cunthel dari arah Salatiga. Gunung Merbabu berhadapan langsung
dengan Gunung Merapi yang fenomenal dan hits. Kalau nanjak lewat jalur Selo,
sepanjang perjalanan kita bakal dapet view Merapi di belakang kita. Tapi beda
dengan jalur Wekas, yang terkenal dengan trek menanjak terusss tanpa bonus.
Sekalipun ada bonus jangan seneng dulu karena gak akan lama hehehe. Jalur Wekas
ini sebenarnya lebih pendek dibanding dengan jalur lainnya, di mana bisa kita
tempuh dengan waktu sekitar 6-7 jam perjalanan sampai puncak. Buat para pendaki
pemula yang pengen ngrasain mendaki gunung dengan tinggi 3.000 mdpl, Merbabu
emang cocok buat dijelajahi. Untuk mata air pun di Merbabu bisa dibilang cukup
mudah kalau kita mendaki lewat jalur Wekas, karena sumber air ada sampai pos 2
yang dialirkan melalui pipa reservoir. Jangan heran kalau banyak pipa di awal
jalur pendakian, karena Gunung Merbabu mensuplai cadangan air menuju desa-desa
yang ada di bawahnya. Ok, sekarang gue bakal ceritain perjalanan gue dari awal
keberangkatan sampai akhir. Let’s go!
Menuju Magelang
Karena jalur yang gue pilih adalah
jalur Wekas, jadi gue harus menuju Magelang sebagai titik awal. Dari Tangerang,
tanggal 6 Mei sore, gue sama temen-temen naik bis (sebut saja bis SA) menuju
Magelang. Mungkin cobaan di awal perjalanan gue dan temen-temen yang
mengharuskan kami buat sabar. Bis yang kita naiki AC nya mati, sering mogok,
dan jalannya lelet. Karena lewat jalur Selatan, gak heran lagi kalo lama dan
sering kena macet. Secara jalur selatan jalannya sempit. Sempat kesal, dan
tanya temen-temen di chat BBM,ternyata bis yang gue naiki emang terkenal kurang
memuaskan pelayanannya. Tapi udah lah, sakit juga mengingat itu semua! Yang seharusnya
sampai Magelang tanggal 7 Mei pagi hari, alhasil baru sampai siang jam setengah
1. OK bhay!!
Menuju Wekas
Sekitar jam setengah satu siang
sampai di Magelang, kita pun diturunin di pool bis yang kita naikin tadi.
Hahhhh!!! Kirain mah diturunin di terminal.
Akhirnya gue dan temen-temen nyari tumpangan siapa tau ada yang bisa
nganter kami gratis sampe Wekas. Tapi kayaknya ngimpi deh. Gak lama kemudian
ada angkot lewat dan kosong.. Ting!!! Ide brilliant muncul. Gue nyoba stop tuh
angkot dan gue todong pisau dapur. Ehhhh gak gak!!! Gue senyum dulu ke
bapak-bapak supir angkot, dan mulai ngomong baik-baik maksud dan tujuan gue, dan
pastinya pake bahasa Jawa,secara satu tim gue doank yang orang Jawa hehhee. Gue
bilang ke bapak-bapak tadi kalau gue dan temen-temen mau ke basecamp Merbabu di
Wekas, dan berniat nyarter angkot dengan harga yang miring pastinya. Dan
akhirnya sopir tadi mau dengan ongkos Rp 100.000,- buat 6 orang. Setelah gue
sampein ke temen-temen, ahirnya deal, kita nyewa/nyarter mobil angkot tadi
menuju Wekas. Yeay!!
Untuk menuju Wekas, sebenarnya kita
bisa naik bis kecil dari terminal Magelang. Nama bisnya adalah “Tunas Mulya”,
yang merupakan angkutan dari Magelang menuju Salatiga, tepatnya sampai Kopeng,
dan pastinya melewati daerah Wekas. Ongkos sampai Wekas dengan naik bis ini
adalah sekitar Rp 10.000,-. Perjalanan dari Kota Magelang menuju Wekas sekitar
45 menit berupa jalanan beraspal yang full of tanjakan, di mana selama
perjalanan kita bisa lihat view kebun-kebun sayur, bunga dan Gunung Telomoyo di
utara Magelang.
Sampai di Gerbang Wekas
Gapura menuju basecamp Wekas |
Daerah Wekas yang kita maksud
ditandai dengan adanya gapura di sebuah tikungan jalan raya penghubung Megelang
dan Salatiga. Di tikungan ini, sebuah gapura bertuliskan “Basecamp Wekas” dan
papan petunjuk arah menuju basecamp. Eitsss, jangan seneng dulu. Masih perlu 3
km lagi buat sampai basecamp tempat pendaftaran pendakian. Saat itu gue dan
temen-temen dengan pedenya nolak tawaran tukang ojek yang mangkal di sekitar
gapura tadi dengan biaya Rp 25.000,-. Tapi guys, setelah jalan sekitar kurang
dari 1 km dengan jalan yang terus nanjak, kita semua jadi sadar kalau apa yang tertulis
di papan tadi beneran 3km! Untung ditengah perjalanan ada aja warga sekitar
yang menawarkan jasa ojek lagi, meski
dengan harga yang udah dinego jadi Rp 20.000,-. Lebih tepatnya sekitar 1
km perjalanan ada gapura lagi yang menyambut kami dengan tulisan selamat datang
di jalur Wekas. Ya-iya gue tauk ini
jalur Wekas, tapi mana basecampnyaaaaa???? Ojek pun datang menghampiri kami.
Satu persatu raga kami diangkut menuju basecamp. Dan... guys... beneran jauh
banget! Nanjak terus lewat hutan pinus juga, kebun sayur dan perkampungan
warga. Gak kebayang kalau tadi kita jalan terus dari gapura awal sampai
basecamp. Setelah sampai di basecamp dan bayar ojek, kita pun langsung
istirahat sejenak dan registrasi.
Langit sore menjelang start pendakian |
Basecamp - Pos 1 (1 jam)
Hari semaki sore. Gak heran di tempat
dataran tinggi kaki gunung kaya gini kabut mulai menyerang menjelang sore hari.
Gak jarang hujan pun dateng tiba-tiba yang kadang mengendurkan semangat pendaki
yang baru mau berangkat, seperti kami pada sore itu. Setalah repacking dan
registrasi, kita pun siap memulai perjalanan. Biaya registrasi pendakian
Merbabu adalah Rp 5.000,- per orang. Kita juga dapet peta jalur pendakian. Dan
dengan iringan rintik-rintik gerimis kecil sore itu, kita pun berjalan menanjak
menuju pos 1 Merbabu.
bismillah |
Awas kepleset ! |
Persimpangan, di belakang bangunan itu ada makam |
Awal perjalanan, kita akan melewati
rumah penduduk dengan jalan menanjak berupa paving blok. Jalur seperti ini
menurut gue lebih cepet bikin capek, apalagi kalau musim ujan akan licin dan
bikin kita gampang kepeleset. Gak lama kemudian akan ada persimpangan jalan, di
mana ada sebuah bangunan kecil dan di belakangnya ada makam Ki Hajar Doko, yang
dipercaya sebagai penemu desa. Basecamp Wekas sendiri sebenarnya udah masuk
dusun Kedakan, bukan Wekas lagi. Lanjut
ke perjalanan, selepas trek paving kita masuk ke jalur pendakian yang
didominasi tanah padat dan mulai masuk hutan. Jalur pendakian yang terus
menanjak dan sedikit licin tertolong dengan bantuan akar-akar yang sesekali
melintang di trek pendakian , yang bisa digunakan sebagai pijakan. Jalur pun
gak sempit dan terbilang cukup lebar, serta banyak pintasan-pintasan yang
sebenarnya akan berujung ke jalur yang sama. Jadi pintar-pintar milih jalur ya!
Sebelum sampai d pos 1, kita akan melewati pos bayangan yang sebenernya cuma
gitu-gitu aja tempatnya, dan kurang cocok buat break. Sepanjang jalur menuju
pos 1 sebenernya ada banyak spot buat melepas lelah, bahkan ada bekas pohon
tumbang yang sepertinya disusun sedemikian rupa sebagai tempat duduk. Sesekali
kami menikmati semburat langit senja dan tergambar lukisan gunung Telomoyo di
kejauhan sana. Dan setelah satu jam perjalanan melalui jalur tak berbonus,
sampailah gue di Pos , bernama Pos Tegal Arum. Di sini tempatnya lumayan lebar
dan ada sumber air dari pancuran pipa yang terus mengalir. Airnya....
suegerrrrr banget brohh!! Pas banget buat yang haus akan kasih sayang
saat mendaki.
View dari trek menuju Pos 1 |
POS 1 |
Btw ini saat perjalanan pulang, masih di Pos 1 |
Pos 1 – Pos 2 (2 jam)
Setelah lepas maghrib, kita
melanjutkan perjalanan menuju pos 2 Wekas Info yang gue dapet, pos 2 adalah tempat
favorit pendaki Merbabu jalur Wekas buat mendirikan tenda. Karena tempat ini
berupa lembah yang luas, dan mampu menampung puluhan tenda. Menuju pos ini pu
jalurnya gak jauh beda dengan jalur menuju pos 1 yang berupa tanah padat full
tanjakan dan minim bonus. Masih dengan vegetasi yang rapat dan sesekali jalanan
menyempit terutama menjelang sampai di pos 2.
Sampai di Pos 2, jam 8 malam |
Berikut foto-foto yang gue jepret di Pos 2, lokasi favorit pendaki buat camp di jalur Wekas.
Di pos 2 ini ada sumber air yang
juga mengalir melalui pipa. Terkadang alirannya kecil. Di sekitarnya pun agak
kotor karena dipakai nyuci perabotan bekas masak dan sebagainya. Rasa air yang
ada di pos 2 ini pun agak kurang enak dibandingkan dengan yang ada di pos 1.
Entah karena apa, saat gue minum berasa agak asem dan kurang menyegarkan . Dari
pos 1 menuju pos 2 perlu waktu sekitar 2 jam perjalanan. Malam itu sekitar jam
8 gue dan temen-temen sampai di pos 2. Dan menurut kita belum terlalu malem,
maka kita pun lanjutin perjalanan menuju pos 3. Yoooo!!!!!
Pos 2 – Pos 3 (3 jam)
Ini perjalanan yang bener-bener
melelahkan, sumpah! Dari pos 2 kita udah optimis pengen nge-camp di pos 3
dengan tujuan summit besok paginya gak terlalu jauh. Tapi dari pos 2 menuju pos
3 jalur Wekas emang bener-bener panjang dan menguras tenaga dan emosi. Udara
yang makin malam makin menggelitik juga jadi salah satu faktor penghambat
perjalanan. Terbukti salah satu temen gue ngeluh tangannya kaku karena
kedinginan. Menuju pos 3, vegetasi semakin berkurang dan bebatuan mulai
menyapa, meski belum terlalu terjal. Sebelum sampai di pos 3 kita akan melewati
sebuah pos “Watu Kumpul” namanya,
yang bisa nampung 2-3 tenda aja buat nge-camp. Berada di lereng dan deket sama
jurang, sepertinya lokasi ini kurang cocok buat mendirikan tenda, menurut gue. Tapi
kalo saat-saat darurat bisa aja buat istirahat. Lokasi ini ditandai dengan
papan bertuliskan “Pos Watu Kumpul” dan
sebuah batu besar dan lebar di
tengah-tengah jalur pendakian. Sekitar jam setengah 11 malam, gue dan
temen-teman break sejenak di pos ini. Hingga akhirnya tetap melanjutkan
perjalanan menuju pos 3, sampai jam 11 malam. Fixed, kita jalan 3 jam! Trek
terpanjang yang pernah gue lewatin dari satu pos ke pos lain dalam pendakian.
Dan pos 3 menjadi tempat peraduan kami satu tim buat mendirikan tenda dan
bercumbu dengan dinginnya malam, sebelum summit attack keesokkan harinya menuju
puncak Merbabu, 3142 mdpl.
Gak begitu luas, tapi lumayan ada beberapa titik yang agak lebar buat bikin tenda di pos 3 |
Pos 3 – Puncak Merbabu (2 jam)
Jam menunjukkan pukul setengah 5 pagi. Tim gue udah siap buat summit attack ke puncak Merbabu. Menuju puncak Merbabu dari pos 3
jalur Wekas, ibarat melewati halang rintang berkali-kali. Dari pos 3 tempat gue
nge-camp, gak jauh di atasnya ada persimpangan jalur menuju pemancar dan juga
persimpangan jalur cunthel dan Thekelan. Jadi di sini pasti rame karena banyak
pendaki yang bertemu dari jalur yang berbeda. Jalur pendakian udah terbuka dan
jarang ada pepohonan. Tiupan angin pun sesekali menambah dinginnya suasana.
Setelah itu kita bakal berjalan melewati punggungan gunung, naik, turun lagi,
naik lagi, melipir lereng gunung yang bawahnya adalah jurang, lewat punggungan
lagi, nanjak dikit, lalu nemu Syaitonirojim bridge alias Jembatan Setan
hohohoho!!! Jembatan setan ini berupa jalur melipir di tebing dan kalo gak ati-ati
kita bakal jatoh ke bawah. Yaiyalah masa
jatoh ke atas. Yang pasti kita harus bener-bener hati-hati pas
ngelewatin jalur menantang ini. Kadang ada yang merengek-rengek ketakutan, ada
pula yang melintas biasa-biasa aja. Selepas jembatan setan, ada 2 jalur yang
bisa kita pilih dan sama-sama menuju puncak Merbabu. Jalur yang menanjka curam
tanpa tali dan dengan tali yang bisa mempermudah kita buat sampai di atas. Oia,
gunung Merbabu punya banyak puncak, yang terkenal adalah puncak Syarif dengan
ketinggian 3.119 mdpl dan puncak Kentheng Songo di 3142 mdpl. Sebelum jalur
jembatan setan, kita akan nemu persimpangan jalana menuju kedua puncak ini jadi
kita tinggal pilih guys, mau puncak Syarif atau Kentheng Songo. Sebenernya ada
satu lagi, yaitu puncak Trianggulasi yang berdekatan dengan puncak Kentheng
Songo. Kalau lita mau ke Kentheng Songo atau Trianggulasi, maka jalur yang kita
pilih akan melewati jembatan setan. Saat pendakian kemarin, gue pilih langsung
ke Kentheng Songo.
City light kota Salatiga dari ketinggian |
Menjelang sunrise |
Melipir di lereng yang epic bangets! |
Semangat! |
Jembatan Setan |
Setelah melewati jembatan setan dan
tanjakan dengan bantuan tali, kita masih nanjak sekali lagi di lereng gunung. Gak
jauh kok, puncak juga udah keliatan. Rame banget kalo lagi long weekend. Bahkan
larangan nge-camp di area puncak pun gak dihiraukan oleh pendaki yang nekat
bikin tenda di puncak. Alhasil mengurangi keindahan puncak gunung Merbabu yang
jelas-jelas ada papan yang bertuliskan “Area Bebas Tenda”. Foto-foto di puncak
pun terganggu oleh view tenda di sana-sini. Entah karena sengaja nge-camp
disitu atau gak kebagian tempat di pos-pos sebelum puncak. Yang jelas pagi itu
bener-bener crowded banget.
Punggungan gunung khas Merbabu |
Sesaat sebelum puncak
|
View Merapi |
Puncak Trianggulasi |
Dan pagi itu matahari udah mulai
menghangatkan tubuh meski dingin masih aja berasa. Waktu menunjukkan jam 6
lewat. Niat bisa lihat sunrise pun hancur gitu aja. Tapi gak papa lah,
bersyukur bisa ngrasain puncak gunung di Jawa Tengah macem Merbabu yang memukau
ini. Gimana gak coba, dari atas Merbabu bisa lihat view Merapi di sebelah
selatan, Sindoro, Sumbing, Prau di sebelah barat, plus gunung-gunung mungil
lainnya salah satunya adalah gunung Telomoyo di utara Merbabu. Di bawah sana juga kelihatan jalur Selo yang
khas dengan sabananya yang indah. Puluhan tenda pun juga memadati area camping
di jalur Selo. Merbabu memang terkenal dengan view sabana nya. Selain itu,
formasi gunung yang luas dan punya banyak puncak menambah kesyahduan pagi itu.
Apalagi di bulan Mei kayak gini yang curah hujan sesekali masih tinggi membuat
Merbabu masih menghijau. Indah banget pokoknya. Mimpi gue pun terwujud,
MERBABU.
Oia, satu lagi yang ada di Merbabu, Gunung Kukusan! Gunung mungil ini bakal nemenin kita saat treking menuju puncak |
Puas menikmati keindahan di puncak,
gue dan temen-temen kembali menuju camp di pos 3. Ini artinya kita perlu tenaga
buat menuruni jalur yang tadi kita lewati. Masih melintas jembatan setan ,
persimpangan menuju puncak Syarif, jalur pos pemancar, dan akhirnya turun ke
pos 3. Karena kita turun pas hari udah terang, kita jadi tau kalau Merbabu
punya area berupa kawah yang sesekali mengeluarkan bau khas sulfur. Lokasinya
gak jauh dari persimpangan menuju pemancar dan akan turun ke pos 3.
Area kawah |
Niat awal adalah, gue dan temen-temen
pengen naik via jalur Wekas dan turun lewat jalur Selo. Tapi karena kita masih
ninggal tenda di pos 3, dan jalur menuju Selo ada di puncak tadi, rasanya kita
bakal buang-buang waktu buat bongkar tenda dan muncak lagi buat menuju jalur
Selo. Akhirnya tetap turun di jalur Wekas, mengulang perjalanan berangkat.
Selepas istirahat, makan-makan, dan repacking bongkar tenda, jam 12.30 siang
kita turun menuju perjalanan pulang. Melalui pos watu kumpul, pos 2, pos 1
dan.... finally, comeback to basecamp! Gue pengen mandiiiiiii!!!! Gue pengen
keramasssssszzzz! Gak peduli air di basecamp dinginnya minta ampun, ditambah
sore itu kabut tiba-tiba dateng kaya di film-film horor. Sampai di basecamp jam
setengah 4 sore. Artinya perjalanan pulang gue dari camp di pos 3 adalah selama
3 jam. Berbeda saat berangkat yang makan waktu 6 jam lebih. Wajar, turun emang
lebih cepet, kalo lebih lama itu yang gak wajar dan mungkin ada yang gak waras.
Amit-amit jabang bayik!
Pulang! Pulang!!
Sabtu, 7 Mei 2016. Kita masih punya
waktu libur sehari lagi yaitu hari Minggu. Pengennya langsung malam itu juga
cari kendaraan buat pulang ke Tangerang. Tapi gak mungkin karena bis menuju
Jakarta dan sekitarnya dari Magelang terakhir adalah jam 4 sore’an. Dan alhamdulillah
rejeki pendaki sholeh dan tampan kali ya, kita dapet kenalan anak-anak ari
Jakarta yang juga mau balik ke Jakarta sore itu juga. Mereka nawarin gue dan
temen-temen buat gabung mobil carteran yang udah mereka pesen dengan harga Rp
160.000,- per orang, karena masih ada seat kosong. Tanpa babibu bababa
babanana, langsung gue iya’in dan sepakat berangkat malem dari basecamp menuju
pulang ke Jakarta. Meski sempet delay 2 jam, finally jam 11 malem kita meninggalkan
basecamp Wekas di dusun Kedakan dengan perasaan lega, haru (karena pisah dengan
Merbabu, yaelahhh!) dan gempor plus pegel-pegel.Pokonya thank’s berat buat tim
Mas Wisnu yang udah ngajak gue dan temen-temen bareng ulang sampe Jakarta
(mudah2an baca artikel ini hehehe). Percaya deh, naik gunung pasti ada aja plus-plus nya. Tambah pengalaman,
tambah temen juga.
Merbabu, akhirnya.. ku menemukanmu.
***
Watch the full video of Merbabu on my youtube channel:
Komentar
Posting Komentar