GEOPARK CILETUH: Taman Bumi di Sukabumi


 Ini artikel pertama gue di tahun 2017, dan pas banget dengan trip pertama gue juga ke Sukabumi, di hari pertama, 1 Januari 2017 lalu. Berawal dari ajakan temen touring ke daerah Sukabumi, tercetuslah niat untuk menjelajah taman bumi atau geopark di selatan Jawa Barat, tepatnya di kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, di mana lagi kalau bukan Geopark Ciletuh.






Ada yang udah tau geopark Ciletuh? Atau  malah baru denger? Wajar lah, karena wisata alam ini terbilang baru dan sekarang lagi gencar-gencarnya promosi, setelah 11 November 2015 lalu dinobatkan sebagai geopark nasional. Dan rencananya 2017 ini akan diajukan sebagai Global Geopark  atau Geopark Internasional ke UNESCO, karena syaratnya 2 tahun setelah geopark nasional baru bisa jadi geopark internasional. Menurut para ahli, kawasan geopark Ciletuh ini adalah kawasan dengan batuan tertua di Pulau Jawa. Dahulu kala, tempat ini adalah lautan. Namun karena proses geologi kawasan ini terangkat dan jadilah daratan seperti saat ini. Maka gak heran kalau lokasi ini dikelilingi tebing-tebing tinggi yang megah dengan tipe batuan yang khas.  Nah, pasti kalian ada yang belum paham apa arti Geopark? Menurut UNESCO, geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi terkemuka, juga termasuk nilai arkeologi, ekologi, dan budaya yang ada di dalamnya, dimana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam. Jadi gak cuma tentang keindahan lanskapnya aja, tapi juga bagaimana kawasan geopark ini memiliki dampak baik bagi masyarakatnya termasuk dalam hal peningkatan ekonomi. Gak cuma itu, konsep geopark yang mengenalkan keindahan alam juga berkaitan dengan wisata budaya yang dikembangkan di kawasan tersebut.


Dalam hal promosi kawasan geopark pastinya perlu dukungan pemerintah. Maka gak heran kalau kawasan geopark Ciletuh saat ini benar-benar dipromosikan sebagai destinasi wisata unggulan dan kebanggaan di Jawa Barat, terutama bagi warga Sukabumi. Terbukti saat ini akses menuju kawasan ini bisa dibilang sudah bagus, berbeda dengan cerita-cerita dulu yang bilang kalau ke Ciletuh jalannya rusak. Petunjuk arah pun sudah terpasang dan memudahkan wisatawan yang ingin mengunjungi taman bumi ini. Kalau kita tahu akses jalan menuju pantai Pelabuhan Ratu dan Ujung Genteng, pasti kita gak akan kesulitan buat menuju Geopark Ciletuh. Tapi harus hati-hati juga saat mengendarai kendaraan, terutama pada malam hari, gak jarang kita bakal melewati jalur yang penuh tikungan tajam dan berada di hutan yang jauh dari pemukiman warga. Dan juga jalur yang naik turun kadang memaksa kita buat ekstra hati-hati saat melintas kawasan-kawasan tersebut, terutama di wilayah Sukabumi selatan seperti Loji, Cigaru, dan Waluran.


Jalur penuh tikungan di Waluran







Good access

Cerita perjalanan gue ke geopark Ciletuh kemarin dimulai dari Tangerang menuju Cibadak, Sukabumi. Di sana gue ketemu sama temen-temen. Skenarionya adalah malam tahun baruan di pantai Pelabuhan Ratu, setelah itu cari tempat istirahat, sebelum jam 5 pagi lanjut ke arah Ujung Genteng menuju Ciletuh. Akhirnya malam itu jam 9, kita berenam meluncur ke Pantai Pelabuhan Ratu dan menikmati malam pergantian tahun di sana setelah menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam. Lumayan puyeng juga ngerasain jalur Cibadak-Pelabuhan Ratu via Jalan Nasional 3 (cek google maps), karena mostly jalurnya full tikungan dan penuh tanjakan-turunan!

Our trip: Tangerang-Geopark Ciletuh

Tahun pun berganti. Usai lihat meriahnya kembang api di tepi pantai, tengah malam itu juga kita berenam berniat nyari penginapan buat tidur dan istirahat. Tapi sia-sia, semua penginapan dan hotel udah full booking, maklum libur tahun baruan. Akhirnya kita putuskan nyari tempat lesehan ala kadarnya sambil melanjutkan perjalanan menuju arah Ciletuh, meski masih jauh dan gak mungkin malam itu juga sampai Ciletuh. Sekitar setengah jam motoran, sampai di daerah Loji,  tepatnya di Jalan Pelabuhan, jalanan yang mulai sepi dan jauh dari pemukiman, kita berhenti di sebuah warung yang buka 24 jam, dan sampingnya punya tempat lesehan. Kita putuskan buat berhenti di situ sampai subuh sebelum lanjut perjalanan  menuju Ciletuh. Ini cara aman ketimbang kita lanjutin perjalanan naik motor tengah malam di jalur yang didominasi kawasan hutan dan jarang pemukiman. Ditambah fisik udah gak mendukung malam itu. Sambil jajan, ngobrol cerita perjalanan tadi, kita pun istirahat di warung tepi jalan itu rame-rame.

Setelah subuh, sekitar jam 5 pagi kurang kita bersiap melanjutkan perjalanan menuju Ciletuh, yang masih butuh watu sekitar 2 jam-an lagi naik motor. Suasana menjelang pagi itu yang masih cukup gelap membuat kita sepakat untuk mengendarai motor beriringan. Jalur yang kita lalui bener-bener hutan banget, meski beberapa titik ada rumah-rumah warga di tepi jalan dan warung-warung kecil. Seakan-akan dicengkeram oleh pepohonan di kanan-kiri jalan, kita terus melaju menembus kegelapan dan tikungan-tikungan tajam hanya dengan mengandalkan cahaya lampu motor. Dan alhamdulillah, pagi pun datang. Memasuki daerah Cigaru, tepatnya di area perkebunan teh, sebuah pagi yang cerah dan segar pun datang menyambut.

Jalur aspal mulus membuat perjalanan kali ini terasa lancar, ditambah cuaca yang bersahabat mengiringi. Setelah sampai di sebuah pertigaan Kiara Dua, gak jauh dari Polsek Simpenan, kita ambil jalan ke kanan menuju ke arah Ujung Genteng dan Ciletuh. Jalur masih penuh lika-liku, dan terkadang aspal tidak rata membuat kita harus ekstra hati-hati. Dan akhirnya sampailah kita di pertigaan Waluran yang mengarahkan kita ke jalur geopark Ciletuh. Terpampang petunjuk arah jika lurus ke arah pantai Ujung Genteng. Sedangkan ke kanan menuju Ciletuh, tepatnya ke Ciemas. Aspal mulus menyambut, terlihat sebuah spanduk terpasang digantung di atas jalan yang bertuliskan kebanggaan warga akan potensi wisata alam geopark Ciletuh. Dari sini kita tinggal terus ikuti jalan aspal ini , sampai nanti ketemu pertigaan lagi, belok kanan. Jangan takut nyasar, sekarang udah ada petunjuk arah jelas menuju geopark Ciletuh.

Setelah ngikutin jalan terus, sekitar jam setengah 7 pagi, rombongan gue sampai di Panenjoan. Apa itu Panenjoan? Di sisi kanan jalan (kalau dari arah berangkat), ada sebuah spot dan salah satu lokasi favorit dan hits di geopark Ciletuh, yang berupa dataran tinggi di mana lokasi ini cocok buat menikmati pemandangan di bawah berupa lanskap dataran yang menghadap langsung ke teluk Ciletuh. Dikelilingi tebing megah dengan khas patahan geopark Ciletuh, membuat view yang terlihat dari Panenjoan begitu megah dan indah bak lukisan alam. Panenjoan sendiri merupakan bahasa Sunda yang memiliki arti sebagai tempat untuk meninjau atau melihat-lihat. Bisa dibilang sih, Panenjoan ini gerbang menuju lokasi geopark Ciletuh karena pasti spot ini yang pertama kali kita jumpai sebelum sampai di kawasan pesisir Ciletuh. Jika kita berada di Panenjoan ini, seakan-akan kita sedang menyaksikan pertunjukkan di sebuah panggung teater atau amfiteater raksasa dengan view yang sangat memukau. Pokoknya sejauh mata memandang, gak bakal bosen deh sama keindahan alamnya. Hamparan persawahan yang menghijau menyejukkan mata dan pemukiman penduduk di bawah sana terlihat seperti miniatur karena saking kecil dan jauhnya.



Landscape dari Panenjoan




Lepas dari Panenjoan, kita lanjut perjalanan menuju daerah pesisir  geopark Ciletuh. Tujuan kita kali ini adalah sampai di Pantai Palangpang, yang merupakan pantai dari teluk Ciletuh yang bentuknya menyerupai tapal kuda jika dilihat dari kejauhan. Oia, untuk akses menuju lokasi ini sekali lagi gue bilang mulus banget karena baru diaspal. Tapi harus hati-hati juga saat tikungan, karena banyak kerikil yang mengganggu perjalanan dan membahayakan keselamatan saat mengendarai kendaraan. Sempat neduh karena pagi itu di pesisir Ciletuh, tepatnya di Ciemas turun hujan lumayan deras. Sampai akhirnya jam 8 pagi sampai di pantai dari teluk Ciletuh, Pantai Palangpang. Tapi pagi itu kita lebih memilih langsung menuju lokasi wisata Puncak Darma buat menikmati pemandangan Ciletuh dari ketinggian. Dari kawasan pantai, kita tinggal ikuti jalan menuju puncak Darma yang juga searah dengan lokasi Curug Cimarinjung. Bener-bener pagi itu indah banget, berjalan menyusuri tepi pantai sambil lihat view tebing-tebing di kejauhan yang berbalut kabut pagi setelah  turun hujan, dengan hiasan air terjun yang memancar dari puncak-puncak tebing. Curug Cimarinjung salah satunya, bisa kita lihat dari kejauhan saat kita berada di kawasan pantai Palangpang. Jarang-jarang kan kita nemuin view kayak gini? Belum curug-curug lainnya yang juga kelihatan dari sisi-sisi tebing yang lain, seperti Curug Sodong dan Curug Cikanteh. 

View Curug Cimarinjung dari pesisir Pantai Palangpang

One step closer

Dan setelah terpesona dengan keindahan pagi itu, menerjang jalanan yang lumayan becek karena abis hujan, sampailah kita di parkiran wisata menuju Curug Cimarinjung dan Puncak Darma. Untuk jalur menuju lokasi inimasih sedikit disayangkan karena awal tahun kemarin masih berbatu dan belum teraspal. Jadi lumayan becek banget terutama kalo lagi musim hujan. Semoga ke depannya lebih diperbaiki lagi.


Menuju area parkir wisata Curug Cimarinjung dan jalur ke Puncak Darma





Ke kiri ke area parkir dan Curug Cimarinjung, lurus dan nanjak itu ke Puncak Darma

Pagi itu, setelah hujan reda, gue dan temen-temen bergerak menuju Puncak Darma dengan melewati jalan berbatu yang cukup menguras tenaga. Dari area parkir kita tinggal pilih jalan lurus yang kemudian menanjak, sedangkan ke kiri adalah jalan menuju curug Cimarinjung. Menuju Puncak Darma sendiri ternyata perlu waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai di puncak bukit dengan view menawan yang hits itu. Naik, turun melewati jembatan sungai Cimarinjung, naik lagi, turun, naik lagi, sampailah di area Puncak Darma.





Aliran Sungai Cimarinjung

Berada di atas sebuah bukit dengan pemandangan laut di bawahnya, membuat lokasi ini juga sering dipakai untuk mereka yang ingin merasakan serunya camping di sini. Selain itu, beberapa warung kecil juga terlihat di sini. Setelah mengisi daftar buku tamu dan tiket masuk seharga Rp3.000 per orang, kita tinggal jalan beberapa langkah ke depan untuk bisa menikmati pemandangan alam geopark Ciletuh yang khas dengan view teluk Ciletuh di bawah sana yang bentuknya menyerupai tapal kuda atau amfiteater raksasa. Sepintas memang terlihat seperti huruf U. Saat itu warna air laut memang sedikit tercampur dengan keruhnya air sungai Cimarinjung yang bermuara di teluk Ciletuh, dan juga Sungai Ciletuh yang ada di sebelah timur. Kalau musim kemarau, view air laut di teluk ini bisa lebih bagus warnanya, biru mempesona hhehehe.. Kita juga bisa melihat pemandangan persawahan yang luas dan pemukiman warga. Beberapa pulau kecil juga terlihat dari bukit puncak Darma ini, di antaranya adalah Pulau Mandra dan Pulau Kunti. Pastinya view garis pantai Palangpang dan pantai Cikadal yang merupakan bibir dari teluk Ciletuh sendiri dan teluk ini juga menyatu dengan samudera Hindia. Dan di atas puncak Darma ini juga terdapat sebuah papan informasi yang mejelaskan tentang seluk beluk Puncak Darma. Berada di ketinggian 340 mdpl membuat lokasi ini menjadi primadona bagi wisatawan yang berkunjung ke Ciletuh. Rasanya gak afdol kalo ke geopark Ciletuh tapi gak ke Puncak Darma hehehe. Oia, just info buat yang mau kesini, rasanya kurang recommended kalo naik kendaraan pribadi seperti mobil atau motor, karena jalurnya esktrim banget. Tanjakan dan turunannya cukup curam, berbatu dan penuh lumpur kalo abis turun hujan. Meskipun masih ada yang terbilang ‘nekat’ bawa kendaraan, biasanya hanya kendaraan-kendaraan yang dirancang buat aktivitas outdoor seperti mobil jeep dan motor trail.



GREAT SCENERY !!


Teluk Ciletuh




Puas dari Puncak Darma, sekitar jam setengah 12 siang, gue dan temen-temen turun bukit. Lumayan capek juga ya, ke Puncak Darma, jadi siapkan fisik deh kalau kesana! Sampai di lokasi parkir, kita istirahat bentar, pengennya sih langsung ke Curug Cimarinjung, apalagi lokasinya juga gak jauh dari situ, tinggal jalan bentar. Tapi karena waktu udah siang dan sore kita harus udah cabut buat pulang, akhirnya kita putuskan buat langsung foto-foto ke Pantai Palangpang. Di pantai ini ada sebuah landmark bertuliskan “Geopark Ciletuh” yang seakan sayang terlewatkan untuk foto-foto. Dan dari pantai inilah kita bisa lihat derasnya air terjun Cimarinung di tebing sebelah barat, gak jauh berada di bawah lokasi Puncak Darma. Siang itu situasi pantai rame banget, ditambah cuaca lagi terik dan lumayan bikin gosong hahaha.. Setelah itu lanjut menuju last destination, Curug Sodong!

Pantai Palangpang. Kurang puas maen di sini, karena keterbatasan waktu

Perjalanan menuju curug Sodong ini sama dengan perjalanan pulang dari pesisir Ciletuh dan pantai Palangpang. Kembali melewati pemukiman warga, kita nanti bakal nemu sebuah pertigaan di mana ada petunjuk arah menuju Curug Sodong. Secara administratif, curug ini berada di Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Sukabumi. Dari pertigaan, kita masih melewati jalan perkampungan hingga akhirnya mendekati lokasi curug kita menemui pos penjagaan yang mengharuskan kita membayar Rp 5000 untuk kendaraan roda dua. Setelah melalui jalanan yang berbatu, sampailah kita di lokasi parkir.



Keunikan dari Curug Sodong ini adalah adanya 2 aliran air terjun yang mengalir deras terutama pada saat musim hujan. Dua aliran ini seakan sama besar dan kompak, maka gak heran kalau curug ini punya nama julukan lain yaitu Curug Kembar atau Curug Penganten. Curug Sodong ini merupakan tingkatan terakhir dari Curug Cikanteh yang ada di atasnya, yang terlihat menjulang tinggi, serta curug Ngelay yang ada di tingkatan kedua. Curug Ngelay sendiri gak kalihatan dari bawah karena tertutup pepohonan. Jadi kalo dari Curug Sodong, kita cuma bisa lihat megahnya curug Cikanteh yang ada di paling atas lokasi ini. Untuk menuju ke Curug Cikanteh pun kita masih harus tracking lagi dari Curug Sodong. Tapi kali ini gue dan temen-temen pilih main di curug Sodong aja. Meski airnya gak begitu jernih, gak sedikit pengunjung bermain-main di tepian kolam hasil tumpahan curug ini. Gak disarankan berada di bawah aliran air terjun karena dalamnya kolam dari aliran air terjun yang sangat deras. Di namakan curug Sodong karena di lokasi curug ini ada semacam cerukan di bawah dinding tebing dekat curug yang menyerupai goa, yang biasa disebut sodong. Dan jangan heran kalau di curug ini kita lihat pelangi yang indah seakan-akan langsung menancap ke kolam air curug Sodong. Derasnya air terjun membuat hembusan angin bercampur air mengenai siapa aja yang mendekat ke curug ini. Seru pokoknya! Tumpukkan air terjun yang mengalir dari dinding-dinding tebing bebatuan yang menjulang tinggi menambah eksotisme kawasan geopark Ciletuh ini.








Curug Cikanteh di tingkat paling atas




Itulah keseruan perjalanan gue di awal tahun 2017 ini. Bisa dibilang satu resolusi destinasi wisata udah terealisasi, karena Geopark Ciletuh udah masuk wishlist travelling gue sejak tahun lalu. Dan sebagai penutup cerita gue kali ini, gue bakal share juga tips-tips buat kalian yang mau liburan ke geopark Ciletuh:

1. Kalau kalian masih bingung dengan rute, yang paling penting adalah rute ke Ciletuh ini sama dengan ke Ujung Genteng. Saat melintas di Jalan Pelabuhan, terutama di daerah Simpenan dan Cigaru, perlu waspada terutama jika kalian ‘memberanikan diri’ perjalanan malam mengendarai mobil atau motor, karena jalur ini didominasi tikungan-tikungan tajam, berada di kawasan hutan dan tebing. Saran gue, kalau gak berani lanjut karena kemaleman lewat daerah ini mending cari warung atau tempat buat istirahat sebelum lanjutin perjalanan keesokan harinya. Untuk jalannya meski udah aspal mulus, masih ada beberapa titik yang masih bergelombang dan berlubang.
2. Mendekati wilayah Ciemas,meski jalanan udah aspal mulus masih harus tetap hati-hati karena banyak kerikil yang mengganggu di setiap tikungan
3. Gunakan sepatu atau sandal gunung yang nyaman buat tracking menuju Puncak Darma
4. Masih berkaitan dengan tracking ke Puncak Darma, kalian bisa bawa bekal terutama air minum, karena perjalanan akan lumayan menguras tenaga, meski di beberapa titik ada warung yang berjualan makanan ringan dan minuman
5. Atur waktu perjalanan sedemikian rupa. Maksudnya di sini adalah, kalau kalian cuma punya waktu sehari buat jalan-jalan ke Geopark Ciletuh kayak gue kemarin, coba prioritaskan destinasi-destinasi wisata yang sekiranya harus banget buat dikunjungi, misalnya Puncak Darma. Tapi karena Panenjoan ada di awal banget, jadi lebih baik mampir dulu, baru lanjut ke Pantai Palangpang dan Puncak Darma. Dari Panenjoan menuju pesisir Ciletuh sebenarnya kita juga ngelewatin jalan menuju Curug Awang yang eksotis banget, mirip air terjun Niagara di New York, dan beberapa curug lainnya. Kalau punya waktu lebih, dari Panenjoan kalian bisa mampir ke Curug Awang dulu, kemudian Curug Tengah yang masih satu aliran dengan Curug Awang, dan Curug Puncak Manik. Ketiga air terjun ini ada di satu aliran sungai Ciletuh. Di sisi jalan utama udah ada petunjuk jalan menuju masing-masing curug. Punya waktu libur lebih akan mempermudah itinerary perjalanan dan lebih puas mengeksplor keindahan alam geopark Ciletuh
6. Jangan lupa bawa kamera dan jangan buang sampah sembarangan (cukup kenangan pahit aja yang dibuang)


What an amazing trip!
See you!


Komentar

POPULAR POST