GEOPARK CILETUH: Taman Bumi di Sukabumi
Ada
yang udah tau geopark Ciletuh? Atau
malah baru denger? Wajar lah, karena wisata alam ini terbilang baru dan
sekarang lagi gencar-gencarnya promosi, setelah 11 November 2015 lalu
dinobatkan sebagai geopark nasional. Dan rencananya 2017 ini akan diajukan
sebagai Global Geopark atau Geopark
Internasional ke UNESCO, karena syaratnya 2 tahun setelah geopark nasional baru
bisa jadi geopark internasional. Menurut para ahli, kawasan geopark Ciletuh ini
adalah kawasan dengan batuan tertua di Pulau Jawa. Dahulu kala, tempat ini
adalah lautan. Namun karena proses geologi kawasan ini terangkat dan jadilah
daratan seperti saat ini. Maka gak heran kalau lokasi ini dikelilingi
tebing-tebing tinggi yang megah dengan tipe batuan yang khas. Nah, pasti kalian ada yang belum paham apa
arti Geopark? Menurut UNESCO, geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki
unsur-unsur geologi terkemuka, juga termasuk nilai arkeologi, ekologi, dan
budaya yang ada di dalamnya, dimana masyarakat setempat diajak berperan serta
untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam. Jadi gak cuma tentang
keindahan lanskapnya aja, tapi juga bagaimana kawasan geopark ini memiliki
dampak baik bagi masyarakatnya termasuk dalam hal peningkatan ekonomi. Gak cuma
itu, konsep geopark yang mengenalkan keindahan alam juga berkaitan dengan
wisata budaya yang dikembangkan di kawasan tersebut.
Dalam
hal promosi kawasan geopark pastinya perlu dukungan pemerintah. Maka gak heran
kalau kawasan geopark Ciletuh saat ini benar-benar dipromosikan sebagai
destinasi wisata unggulan dan kebanggaan di Jawa Barat, terutama bagi warga
Sukabumi. Terbukti saat ini akses menuju kawasan ini bisa dibilang sudah bagus,
berbeda dengan cerita-cerita dulu yang bilang kalau ke Ciletuh jalannya rusak.
Petunjuk arah pun sudah terpasang dan memudahkan wisatawan yang ingin
mengunjungi taman bumi ini. Kalau kita tahu akses jalan menuju pantai Pelabuhan
Ratu dan Ujung Genteng, pasti kita gak akan kesulitan buat menuju Geopark
Ciletuh. Tapi harus hati-hati juga saat mengendarai kendaraan, terutama pada
malam hari, gak jarang kita bakal melewati jalur yang penuh tikungan tajam dan
berada di hutan yang jauh dari pemukiman warga. Dan juga jalur yang naik turun
kadang memaksa kita buat ekstra hati-hati saat melintas kawasan-kawasan
tersebut, terutama di wilayah Sukabumi selatan seperti Loji, Cigaru, dan Waluran.
Jalur penuh tikungan di Waluran |
Good access |
Cerita
perjalanan gue ke geopark Ciletuh kemarin dimulai dari Tangerang menuju Cibadak,
Sukabumi. Di sana gue ketemu sama temen-temen. Skenarionya adalah malam tahun
baruan di pantai Pelabuhan Ratu, setelah itu cari tempat istirahat, sebelum jam
5 pagi lanjut ke arah Ujung Genteng menuju Ciletuh. Akhirnya malam itu jam 9,
kita berenam meluncur ke Pantai Pelabuhan Ratu dan menikmati malam pergantian
tahun di sana setelah menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam. Lumayan puyeng juga
ngerasain jalur Cibadak-Pelabuhan Ratu via Jalan Nasional 3 (cek google maps),
karena mostly jalurnya full tikungan dan penuh tanjakan-turunan!
Our trip: Tangerang-Geopark Ciletuh |
Tahun
pun berganti. Usai lihat meriahnya kembang api di tepi pantai, tengah malam itu
juga kita berenam berniat nyari penginapan buat tidur dan istirahat. Tapi
sia-sia, semua penginapan dan hotel udah full booking, maklum libur tahun
baruan. Akhirnya kita putuskan nyari tempat lesehan ala kadarnya sambil
melanjutkan perjalanan menuju arah Ciletuh, meski masih jauh dan gak mungkin
malam itu juga sampai Ciletuh. Sekitar setengah jam motoran, sampai di daerah
Loji, tepatnya di Jalan Pelabuhan,
jalanan yang mulai sepi dan jauh dari pemukiman, kita berhenti di sebuah warung
yang buka 24 jam, dan sampingnya punya tempat lesehan. Kita putuskan buat
berhenti di situ sampai subuh sebelum lanjut perjalanan menuju Ciletuh. Ini cara aman ketimbang kita
lanjutin perjalanan naik motor tengah malam di jalur yang didominasi kawasan
hutan dan jarang pemukiman. Ditambah fisik udah gak mendukung malam itu. Sambil
jajan, ngobrol cerita perjalanan tadi, kita pun istirahat di warung tepi jalan
itu rame-rame.
Setelah
subuh, sekitar jam 5 pagi kurang kita bersiap melanjutkan perjalanan menuju
Ciletuh, yang masih butuh watu sekitar 2 jam-an lagi naik motor. Suasana
menjelang pagi itu yang masih cukup gelap membuat kita sepakat untuk
mengendarai motor beriringan. Jalur yang kita lalui bener-bener hutan banget,
meski beberapa titik ada rumah-rumah warga di tepi jalan dan warung-warung
kecil. Seakan-akan dicengkeram oleh pepohonan di kanan-kiri jalan, kita terus
melaju menembus kegelapan dan tikungan-tikungan tajam hanya dengan mengandalkan
cahaya lampu motor. Dan alhamdulillah, pagi pun datang. Memasuki daerah Cigaru,
tepatnya di area perkebunan teh, sebuah pagi yang cerah dan segar pun datang
menyambut.
Jalur
aspal mulus membuat perjalanan kali ini terasa lancar, ditambah cuaca yang
bersahabat mengiringi. Setelah sampai di sebuah pertigaan Kiara Dua, gak jauh
dari Polsek Simpenan, kita ambil jalan ke kanan menuju ke arah Ujung Genteng
dan Ciletuh. Jalur masih penuh lika-liku, dan terkadang aspal tidak rata
membuat kita harus ekstra hati-hati. Dan akhirnya sampailah kita di pertigaan
Waluran yang mengarahkan kita ke jalur geopark Ciletuh. Terpampang petunjuk
arah jika lurus ke arah pantai Ujung Genteng. Sedangkan ke kanan menuju Ciletuh,
tepatnya ke Ciemas. Aspal mulus menyambut, terlihat sebuah spanduk terpasang
digantung di atas jalan yang bertuliskan kebanggaan warga akan potensi wisata
alam geopark Ciletuh. Dari sini kita tinggal terus ikuti jalan aspal ini ,
sampai nanti ketemu pertigaan lagi, belok kanan. Jangan takut nyasar, sekarang
udah ada petunjuk arah jelas menuju geopark Ciletuh.
Setelah
ngikutin jalan terus, sekitar jam setengah 7 pagi, rombongan gue sampai di
Panenjoan. Apa itu Panenjoan? Di sisi kanan jalan (kalau dari arah berangkat),
ada sebuah spot dan salah satu lokasi favorit dan hits di geopark Ciletuh, yang
berupa dataran tinggi di mana lokasi ini cocok buat menikmati pemandangan di
bawah berupa lanskap dataran yang menghadap langsung ke teluk Ciletuh.
Dikelilingi tebing megah dengan khas patahan geopark Ciletuh, membuat view yang
terlihat dari Panenjoan begitu megah dan indah bak lukisan alam. Panenjoan
sendiri merupakan bahasa Sunda yang memiliki arti sebagai tempat untuk meninjau
atau melihat-lihat. Bisa dibilang sih, Panenjoan ini gerbang menuju lokasi
geopark Ciletuh karena pasti spot ini yang pertama kali kita jumpai sebelum
sampai di kawasan pesisir Ciletuh. Jika kita berada di Panenjoan ini,
seakan-akan kita sedang menyaksikan pertunjukkan di sebuah panggung teater atau
amfiteater raksasa dengan view yang sangat memukau. Pokoknya sejauh mata
memandang, gak bakal bosen deh sama keindahan alamnya. Hamparan persawahan yang
menghijau menyejukkan mata dan pemukiman penduduk di bawah sana terlihat
seperti miniatur karena saking kecil dan jauhnya.
Landscape dari Panenjoan |
Lepas
dari Panenjoan, kita lanjut perjalanan menuju daerah pesisir geopark Ciletuh. Tujuan kita kali ini adalah
sampai di Pantai Palangpang, yang merupakan pantai dari teluk Ciletuh yang
bentuknya menyerupai tapal kuda jika dilihat dari kejauhan. Oia, untuk akses
menuju lokasi ini sekali lagi gue bilang mulus banget karena baru diaspal. Tapi
harus hati-hati juga saat tikungan, karena banyak kerikil yang mengganggu
perjalanan dan membahayakan keselamatan saat mengendarai kendaraan. Sempat
neduh karena pagi itu di pesisir Ciletuh, tepatnya di Ciemas turun hujan
lumayan deras. Sampai akhirnya jam 8 pagi sampai di pantai dari teluk Ciletuh,
Pantai Palangpang. Tapi pagi itu kita lebih memilih langsung menuju lokasi
wisata Puncak Darma buat menikmati pemandangan Ciletuh dari ketinggian. Dari
kawasan pantai, kita tinggal ikuti jalan menuju puncak Darma yang juga searah
dengan lokasi Curug Cimarinjung. Bener-bener pagi itu indah banget, berjalan
menyusuri tepi pantai sambil lihat view tebing-tebing di kejauhan yang berbalut
kabut pagi setelah turun hujan, dengan
hiasan air terjun yang memancar dari puncak-puncak tebing. Curug Cimarinjung
salah satunya, bisa kita lihat dari kejauhan saat kita berada di kawasan pantai
Palangpang. Jarang-jarang kan kita nemuin view kayak gini? Belum curug-curug
lainnya yang juga kelihatan dari sisi-sisi tebing yang lain, seperti Curug
Sodong dan Curug Cikanteh.
View Curug Cimarinjung dari pesisir Pantai Palangpang |
Menuju area parkir wisata Curug Cimarinjung dan jalur ke Puncak Darma |
Ke kiri ke area parkir dan Curug Cimarinjung, lurus dan nanjak itu ke Puncak Darma |
Pagi
itu, setelah hujan reda, gue dan temen-temen bergerak menuju Puncak Darma
dengan melewati jalan berbatu yang cukup menguras tenaga. Dari area parkir kita
tinggal pilih jalan lurus yang kemudian menanjak, sedangkan ke kiri adalah
jalan menuju curug Cimarinjung. Menuju Puncak Darma sendiri ternyata perlu
waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai di puncak bukit dengan view menawan yang
hits itu. Naik, turun melewati jembatan sungai Cimarinjung, naik lagi, turun,
naik lagi, sampailah di area Puncak Darma.
Aliran Sungai Cimarinjung |
Berada di atas sebuah bukit dengan
pemandangan laut di bawahnya, membuat lokasi ini juga sering dipakai untuk
mereka yang ingin merasakan serunya camping di sini. Selain itu, beberapa
warung kecil juga terlihat di sini. Setelah mengisi daftar buku tamu dan tiket
masuk seharga Rp3.000 per orang, kita tinggal jalan beberapa langkah ke depan
untuk bisa menikmati pemandangan alam geopark Ciletuh yang khas dengan view
teluk Ciletuh di bawah sana yang bentuknya menyerupai tapal kuda atau amfiteater
raksasa. Sepintas memang terlihat seperti huruf U. Saat itu warna air laut
memang sedikit tercampur dengan keruhnya air sungai Cimarinjung yang bermuara
di teluk Ciletuh, dan juga Sungai Ciletuh yang ada di sebelah timur. Kalau
musim kemarau, view air laut di teluk ini bisa lebih bagus warnanya, biru
mempesona hhehehe.. Kita juga bisa melihat pemandangan persawahan yang luas dan
pemukiman warga. Beberapa pulau kecil juga terlihat dari bukit puncak Darma
ini, di antaranya adalah Pulau Mandra dan Pulau Kunti. Pastinya view garis
pantai Palangpang dan pantai Cikadal yang merupakan bibir dari teluk Ciletuh
sendiri dan teluk ini juga menyatu dengan samudera Hindia. Dan di atas puncak
Darma ini juga terdapat sebuah papan informasi yang mejelaskan tentang seluk
beluk Puncak Darma. Berada di ketinggian 340 mdpl membuat lokasi ini menjadi
primadona bagi wisatawan yang berkunjung ke Ciletuh. Rasanya gak afdol kalo ke
geopark Ciletuh tapi gak ke Puncak Darma hehehe. Oia, just info buat yang mau
kesini, rasanya kurang recommended kalo naik kendaraan pribadi seperti mobil
atau motor, karena jalurnya esktrim banget. Tanjakan dan turunannya cukup
curam, berbatu dan penuh lumpur kalo abis turun hujan. Meskipun masih ada yang
terbilang ‘nekat’ bawa kendaraan, biasanya hanya kendaraan-kendaraan yang
dirancang buat aktivitas outdoor seperti mobil jeep dan motor trail.
GREAT SCENERY !! |
Teluk Ciletuh |
Puas
dari Puncak Darma, sekitar jam setengah 12 siang, gue dan temen-temen turun
bukit. Lumayan capek juga ya, ke Puncak Darma, jadi siapkan fisik deh kalau
kesana! Sampai di lokasi parkir, kita istirahat bentar, pengennya sih langsung
ke Curug Cimarinjung, apalagi lokasinya juga gak jauh dari situ, tinggal jalan
bentar. Tapi karena waktu udah siang dan sore kita harus udah cabut buat
pulang, akhirnya kita putuskan buat langsung foto-foto ke Pantai Palangpang. Di
pantai ini ada sebuah landmark bertuliskan “Geopark Ciletuh” yang seakan sayang
terlewatkan untuk foto-foto. Dan dari pantai inilah kita bisa lihat derasnya
air terjun Cimarinung di tebing sebelah barat, gak jauh berada di bawah lokasi
Puncak Darma. Siang itu situasi pantai rame banget, ditambah cuaca lagi terik
dan lumayan bikin gosong hahaha.. Setelah itu lanjut menuju last destination,
Curug Sodong!
Pantai Palangpang. Kurang puas maen di sini, karena keterbatasan waktu |
Perjalanan
menuju curug Sodong ini sama dengan perjalanan pulang dari pesisir Ciletuh dan
pantai Palangpang. Kembali melewati pemukiman warga, kita nanti bakal nemu
sebuah pertigaan di mana ada petunjuk arah menuju Curug Sodong. Secara
administratif, curug ini berada di Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Sukabumi. Dari
pertigaan, kita masih melewati jalan perkampungan hingga akhirnya mendekati
lokasi curug kita menemui pos penjagaan yang mengharuskan kita membayar Rp 5000
untuk kendaraan roda dua. Setelah melalui jalanan yang berbatu, sampailah kita
di lokasi parkir.
Keunikan
dari Curug Sodong ini adalah adanya 2 aliran air terjun yang mengalir deras
terutama pada saat musim hujan. Dua aliran ini seakan sama besar dan kompak,
maka gak heran kalau curug ini punya nama julukan lain yaitu Curug Kembar atau
Curug Penganten. Curug Sodong ini merupakan tingkatan terakhir dari Curug
Cikanteh yang ada di atasnya, yang terlihat menjulang tinggi, serta curug
Ngelay yang ada di tingkatan kedua. Curug Ngelay sendiri gak kalihatan dari
bawah karena tertutup pepohonan. Jadi kalo dari Curug Sodong, kita cuma bisa
lihat megahnya curug Cikanteh yang ada di paling atas lokasi ini. Untuk menuju
ke Curug Cikanteh pun kita masih harus tracking lagi dari Curug Sodong. Tapi
kali ini gue dan temen-temen pilih main di curug Sodong aja. Meski airnya gak
begitu jernih, gak sedikit pengunjung bermain-main di tepian kolam hasil
tumpahan curug ini. Gak disarankan berada di bawah aliran air terjun karena
dalamnya kolam dari aliran air terjun yang sangat deras. Di namakan curug
Sodong karena di lokasi curug ini ada semacam cerukan di bawah dinding tebing
dekat curug yang menyerupai goa, yang biasa disebut sodong. Dan jangan heran
kalau di curug ini kita lihat pelangi yang indah seakan-akan langsung menancap
ke kolam air curug Sodong. Derasnya air terjun membuat hembusan angin bercampur
air mengenai siapa aja yang mendekat ke curug ini. Seru pokoknya! Tumpukkan air
terjun yang mengalir dari dinding-dinding tebing bebatuan yang menjulang tinggi
menambah eksotisme kawasan geopark Ciletuh ini.
Curug Cikanteh di tingkat paling atas |
Itulah
keseruan perjalanan gue di awal tahun 2017 ini. Bisa dibilang satu resolusi
destinasi wisata udah terealisasi, karena Geopark Ciletuh udah masuk wishlist
travelling gue sejak tahun lalu. Dan sebagai penutup cerita gue kali ini, gue
bakal share juga tips-tips buat kalian yang mau liburan ke geopark Ciletuh:
1. Kalau
kalian masih bingung dengan rute, yang paling penting adalah rute ke Ciletuh
ini sama dengan ke Ujung Genteng. Saat melintas di Jalan Pelabuhan, terutama di
daerah Simpenan dan Cigaru, perlu waspada terutama jika kalian ‘memberanikan
diri’ perjalanan malam mengendarai mobil atau motor, karena jalur ini
didominasi tikungan-tikungan tajam, berada di kawasan hutan dan tebing. Saran
gue, kalau gak berani lanjut karena kemaleman lewat daerah ini mending cari
warung atau tempat buat istirahat sebelum lanjutin perjalanan keesokan harinya.
Untuk jalannya meski udah aspal mulus, masih ada beberapa titik yang masih
bergelombang dan berlubang.
2.
Mendekati wilayah Ciemas,meski jalanan udah aspal mulus masih harus tetap
hati-hati karena banyak kerikil yang mengganggu di setiap tikungan
3. Gunakan
sepatu atau sandal gunung yang nyaman buat tracking menuju Puncak Darma
4.
Masih berkaitan dengan tracking ke Puncak Darma, kalian bisa bawa bekal
terutama air minum, karena perjalanan akan lumayan menguras tenaga, meski di
beberapa titik ada warung yang berjualan makanan ringan dan minuman
5.
Atur waktu perjalanan sedemikian rupa. Maksudnya di sini adalah, kalau kalian
cuma punya waktu sehari buat jalan-jalan ke Geopark Ciletuh kayak gue kemarin,
coba prioritaskan destinasi-destinasi wisata yang sekiranya harus banget buat
dikunjungi, misalnya Puncak Darma. Tapi karena Panenjoan ada di awal banget,
jadi lebih baik mampir dulu, baru lanjut ke Pantai Palangpang dan Puncak Darma.
Dari Panenjoan menuju pesisir Ciletuh sebenarnya kita juga ngelewatin jalan
menuju Curug Awang yang eksotis banget, mirip air terjun Niagara di New York,
dan beberapa curug lainnya. Kalau punya waktu lebih, dari Panenjoan kalian bisa
mampir ke Curug Awang dulu, kemudian Curug Tengah yang masih satu aliran dengan
Curug Awang, dan Curug Puncak Manik. Ketiga air terjun ini ada di satu aliran
sungai Ciletuh. Di sisi jalan utama udah ada petunjuk jalan menuju
masing-masing curug. Punya waktu libur lebih akan mempermudah itinerary
perjalanan dan lebih puas mengeksplor keindahan alam geopark Ciletuh
6. Jangan
lupa bawa kamera dan jangan buang sampah sembarangan (cukup kenangan pahit aja
yang dibuang)
What
an amazing trip!
See
you!
Komentar
Posting Komentar