Fenomena Telaga Biru Cigaru Tangerang

Telaga Biru Cigaru

Salah satu keunikan di muka bumi ini adalah adanya bekas tambang pasir yg digenangi air, kemudian air tersebut berubah warna yg tidak biasa. Fenomena ini sempat terjadi di daerah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dan juga di daerah Bangka, Kepulauan Riau. Di mana genangan air di bekas tambang pasir bisa berubah warna menjadi hijau tosca, bahkan biru. Memang ini adalah fenomena langka. Dan kali ini terjadi di sebuah Kabupaten yg tak jauh dari ibukota, yakni Kabupaten Tangerang. Sebuah ‘danau biru’ yg  terbentuk dari bekas tambang pasir bernama “Telaga Biru Cigaru”.

Adalah sebuah desa bernama Kampung Cigaru di Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, Banten, yg memang banyak terdapat bekas-bekas tambang pasir yang digenangi air karena udah lama gak beroperasi. Kenapa? Karena banyak banget tambang-tambang pasir ilegal di wilayah ini yg mengancam ekosistem dan dipaksa untuk ditutup. Alhasil area-area tersebut  terbengkalai. Cerukan-cerukan bekas galian yg terisi air, baik dari air hujan, maupun dari dalam tanah itu sendiri, gundukan-gundukan tanah yg sewaktu-waktu bisa longsor dan membahayakan sekitarnya, terpampang nyata di area ini. Seluas mata memandang trelihat hamparan lahan tanah putih bekas galian tambang,yg dikelilingi pemukiman penduduk dan persawahan di jauh sana. Dan yg menjadi daya tarik adalah, fenomena berubahnya air danau yg berubah menjadi hijau tosca, biru, bahkan bening, dan ini bisa terjadi dalam waktu sehari! Awalnya tak ada yg spesial dari genangan menyerupai danau ini. Namun sejak sekitar 2 bulan terakahir, tempat ini menjadi buah bibir di masyarakat karena keunikan warna air di bekas tambang pasir ini. Jadi memang secara logika, area ini tidak didesain untuk dijadikan danau wisata, namun berubahnya warna air di telaga ini tercipta begitu saja karena proses alam. Gue sempat ngobrol-ngobrol sama seorang bapak yg nyangkul-nyangkul gundukan tanah di sekitar area wisata baru ini untuk sekedar membuat pijakan kaki agar tanah tidak begitu licin. Beliau bercerita, dulunya tempat ini adalah persawahan, yg kemudian diubah menjadi tambang pasir ilegal. Tentunya tanah ini milik perorangan. Namun karena dirasa makin membahayakan ekosistem lingkungan sekitar, tambang pasir ini pun  ditutup, dan akhirnya bertahun-tahun dibiarkan begitu saja. Saat beliau menceritakan tentang bahaya, sepintas gue lihat jurang yg terbentuk dari gundukan tanah yg di cerukannya terdapat danau kecil yg ‘mirip’ danau Kelimutu di Flores yang punya warna biru. Benar aja, kalo tambang ilegal itu masih beroperasi, pasti sewaktu waktu bisa longsor dan membahayakan apapun yg ada di sekitarnya. Bicara tentang tambang liar, ini bagaikan 2 sisi mata uang yg tak terpisahkan. Di sisi lain dengan adanya tambang ini bisa membantu perekonomian warga sebagai mata pencaharian. Namun di sisi lain juga membahayakan dan merusak lingkungan. Apalagi jika pengoperasiannya secara ilegal dan tidak memperhatikan keselamatan maupun keseimbangan ekosisitem.



gundukan tanah bekas galian tambang pasir yang rawan longsor








dulunya area ini adalah persawahan





Sembari mengambil beberapa foto di lokasi Telaga Biru Cigaru ini, gw sempat berpikir, kenapa air di sini bisa berubah jadi biru, atau hijau? Secara gue bukan ahli di bidang biologi maupun geologi, tapi gue tetap cari-cari informasi tentang hal ini. Lepas dari cerita-cerita mistis di daerah ini mengenai perubahan warna air telaga, gue yakin pasti ada penyebab alamiah yg membuat telaga ini menjadi fenomenal karena warna airnya. Mengutip dari sumber www.korantangsel.com, sebuah penjelasan dari ahli biologi menjelaskan bahwa perubahan warna yg terjadi di telaga biru tersebut bisa saja terjadi karena sinar ultraviolet yg menembus permukaan telaga yg mengandung sedimen didalamnya (pecahan dari batuan). Efek hjau yg timbul di permukaan juga dapat disebabkan pantulan sinar yg tercampur dengan bahan yg terkandung di dalam telaga tersebut seperti humus, debu tanah yg tersuspensi atau mengandung bahan organik yg tinggi. Namun di sisi lain juga, mitos tetap menjadi mitos, yang menceritakan tentang hal-hal mistis yg mempengaruhi perubahan warna air telaga. Tapi hal tersebut gak akan gue bahas di sini. Bukan ahlinya bro.. Hahaha..

Mulai berdiri warung-warung


Ada gula ada semut. Fenomena yg terjadi di Kabupaten Tangerang ini pun menjadi berkah buuat warga sekitar Telaga Biru di kampung Cigaru. Mulai banyak yg mendirikan warung-warung yg menjajakan makanan dan minuman. Bahkan untuk masuk area ini, kita harus melewati 2 ‘gerbang’ yg mengharuskan kita merogoh kocek sekian ribu untuk bisa masuk ke dalamnya. Tau gak apa yg gue maksud? Hahaha.. Pertama, ketika sampai di Cisoka, menuju TKP kita akan melewati sebuah jalan masuk yg dijaga oleh para pemuda sekitar yg akan meminta uang retribusi. Di situ terpampang sebuah sepanduk yg akan menyambut Anda yg akan menuju ke Telaga Biru. Untuk nominal uang retribusi di tempat ini mohon maaf guys, gue gak bisa share karena pas lewat sini waktu itu masih pagi, sekitar jam 8 dan belum banyak pengunjung yg akan berwisata. Sempat ditanya mas-mas yg jaga disitu “mau kemana?” (dengan senyum ramah) dan gue bilang, ke danau. Sempat ngira pasti bakal bayar nih. Ternyata gue dipersilakan langsung lanjut perjalanan tanpa bayar apapun. Tapi pas pulang, siang hari, semua pengunjung di stop dan kena charge. Mungkin cuma 2 ribu rupiah. Atau mungkin ada yg pernah masuk sini dan bayar? Silakan dishare di kolom comment! 

Jika hari Minggu angka 2 akan berubah jadi 3 


Lanjut bro, setelah melewati ‘gerbang’ pertama tadi, kita lanjut perjalanan melewati pemukiman penduduk dengan sesekali menjumpai pemandangan pedesaan yg asri, banyak sawah ada kebo hehehe.. eittt, jangan senang dulu. Karena kita bakal ketemu lagi akang-akang ganteng dengan senjata portalnya yg siap mencegat karena kita harus membayar uang retribusi lageeee.... yeeeey!!! (-_-) Disini kita bayar (kalo gue nyebutnya bayar tiket masuk) seharga Rp 2000,- untuk weekdays, dan weekend (minggu aja) Rp 3000,-. Sempat heran, ini mau ke telaga apa mau nonton di XXI sih? :D Tapi it’s OK lah. Buat siapapun yg kesini, itung-itung bantu perekonomian warga setempat kita bayar saja uang retribusi meski sampai 2x. Mungkin dengan adanya Telaga biru ini, warga setempat emang memanfaatkannya dengan berbagai cara, apapun itu, yg penting masih bisa diterima nalar dan tidak merugikan pengunjung. Sayang banget kan kalo banyak pengunjung yg kecewa dan males datang kemari. Dan semoga dana yg terkumpul dari karcis masuk maupun parkir bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan tepat guna. Oia, anyway, biaya parkir disini untuk kendaraan roda 2 Rp 2000,-. 




Ketika biru mulai menghijau

Sekedar saran kalo mau dateng kesini lebih baik lebih pagi, karena pengunjung belum terlalu rame dan bisa dapet view dan angle yg bagus buat foto-foto. Karena semakin siang, ratusan pengunjung bakal memadati (cie elah memadati) wisata telaga ini. Kalo cuaca lagi cerah akan sedikit berasa panas disini. Tapi kemarin kebetulan gue berkunjung pas mendung. Jadi suasana berasa syahdu hehehe. Jangan lupa hati-hati saat berada di sekitar telaga, terutama di saat berfoto-foto di sisi danau karena gundukan tanah bekas tambang rawan longsor. Dan pengunjung pun dihimbau untuk tidak bermain air telaga, sehingga dipasang tali pembatas di tepi telaga ini. Tetap jaga keselamatan dan ingat, JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN! Be a good travelers, please!


How to get there:

- Ambil arah ke Cikupa sampai pertigaan lampu merah Tigaraksa arah Pemda Kabupaten Tangerang. 
- Ikuti jalan terus sampai ketemu bundaran, lalu ambil kanan arah Cisoka, ikuti jalan terus
- Kurang lebih 7 km perjalanan ada petunjuk arah SMPN 1 Cisoka, belok kiri, ikuti jalan sampai Telaga     Biru






























Komentar

POPULAR POST